PORTAL JOGJA – Krisis politik di Sudan makin meruncing. Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok pada Minggu 2 Januari 2022 malam menyatakan mengundurkan diri.
Dilansir dari Al Jazeera, Hamdok mundur saat situasi politik tengah mengalami kebuntuan. Hamdok mengundurkan diri kurnga dari dua bulan dari masa ia menandatangani perjanjian politik dengan militr setelah kudeta militer pada 25 Oktober 2021.
Hamdok yang merupakan mantan pejabat PBB yang dipandang mewakili kelompok sipil dalam pemerintah transisi Sudan, diangkat kembali pada November di tengah tekanan internasional.
Hamdok diangkat dalam kesepakatan yang menyerukan kabinet teknokratis independen di bawah pengawasan militer yang dipimpin olehnya.
Namun kesepakatan itu ditolak oleh gerakan pro-demokrasi, yang bersikeras bahwa kekuasaan harus diserahkan kepada pemerintah sipil sepenuhnya yang bertugas memimpin transisi.
Unjuk rasa gerakan pro-demokrasi pun terus terjadi. Korban berjatuhan. Pasukan keamanan Sudan membubarkan pengunjuk rasa pro demograsi dengan kras.
Komit Pusat Doktr Sudan yang merupakan bagian dari gerakan pro-demograsi pada hari Minggu menybut, korban tewas akibat kekerasan aparat keamanan dipukul dengan kekerasan pada bagian kpala saat berunjukrasa di Khartoum.
Sementara di kota Omduman, satu korban tewas dari pengunjuk rasa pro-demokrasi ditembak di bagian dada dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.
Baca Juga: Suhu Politik 2022 Bisa Panas: China Ancan Taiwan, Jawaban Taiwan Konflik Militer Bukan Jawaban