Ratusan Warga Sipil Ukraina Tersandera Tentara Rusia Kota Mariupol, Kekuarangan Makanan dan Air Minum

16 Maret 2022, 16:37 WIB
Tim penyelamat mengeluarkan seorang wanita dari sebuah bangunan yang hancur, di Kyiv, Ukraina, dalam gambar selebaran yang dirilis 14 Maret 2022. /State Emergency Service of Ukraine/Handout via Reuters/

PORTAL JOGJA - Kota Mariupol Ukraina merupakan salah satu kota terparah saat invasi militer Rusia.

Mariupol yang merupakan kota industri dan pelabuhan itu selama berhari-hari digempur Rusia melalui serangan udara.

Roket dan rudal telah menghancurkan pemukiman warga hingga fasilitas umum seperti sekolah dan rumah sakit.

Banyak warga sipil yang tewas akibat bombardir tentara Rusia. UNHCR bersama badan PBB lainnya menyerukan agar gate koridor kemanusiaan dilakukan untukmengevakuasi warga dari wilayah konflik.

Namun karena serangan terus terjadi, evakuasi terhambat dan warga tetap bersembunyi di ruang bawah tanah gedung. Namun kondisinya saat ini memgalami kekurangan pasokan bahan makanan, air minum dan tidak ada aliran listrik.

Baca Juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Balas Dendam Ganti Beri Sanksi pada Pemimpin dan Pejabat Dunia

Aliran listrik banyak yang rusak. Sementara itu listrik digunakan untuk keperluan pemanas ruangan dan sebagainya.

Meski sempat terhambat, evakuasi warga sipil pertama akhirnya berhasil dilakukan di Kota Mariupol, Ukraina, pada Senin waktu setempat.

Pemerintah setempat menyebut, 160 mobil pribadi telah membawa warga sipil keluar dari kota Laut Hitam tersebut.

Mariupol telah menjadi sasaran pengeboman tanpa henti sejak pasukan Rusia mengepungnya pada 2 Maret lalu. Sejak itu, sekitar 400 ribu orang yang terjebak di Mariupol telah kehilangan akses ke air, makanan, dan obat-obatan. Penghangat ruangan, layanan telepon – dan listrik di banyak daerah – telah diputus.

Baca Juga: Jokowi Pamer Motor di Depan Pembalap MotoGP : Motor ini Sering Saya Kendarai saat Berkunjung ke Daerah

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) memperingatkan pada Ahad bahwa penduduk kota menghadapi skenario terburuk, kecuali Moskow dan Kyiv setuju untuk mengizinkan akses bantuan kemanusiaan.

“P ada pukul 13:00 (waktu setempat), lebih dari 160 mobil pribadi berhasil berangkat dari Mariupol,” kata dewan kota di saluran Telegram seperti dikutip Aljazeera, Selasa, 15 Maret 2022.

Konvoi pengungsi telah melewati Kota Berdyansk dan sedang bergerak menuju Zaporizhzhia. Dewan Kota Mariupol terus mengamati terus pembukaan koridor kemanusiaan ini.

Upaya sebelumnya untuk membangun koridor kemanusiaan untuk memungkinkan warga sipil dievakuasi dan memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk, gagal karena gencatan senjata sebelumnya tidak tercapai.

Baca Juga: Daun Sirih Merah Potensial Percepat Penyembuhan Luka Akibat Diabetes

Penasihat Presiden Ukraina, Oleksiy Arestovych, mengatakan dalam wawancara yang disiarkan televisi pada Senin, lebih dari 2.500 penduduk Mariupol telah tewas.
Banyak orang terus berusaha mati-matian menghubungi kerabat terkasih mereka yang terperangkap di Mariupol.

Dmytro Gurin, seorang anggota parlemen Ukraina yang dibesarkan di Mariupol, mengatakan orang tuanya terjebak di sana. Terakhir kali dia berhasil menghubungi tetangga orang tuanya itu sekitar empat hari lalu.

"Kami berbicara selama 30 detik setelah mereka pergi ke suatu tempat yang memiliki sinyal. Ada beberapa tempat yang diketahui bisa menangkap sinyal," kata Gurin pada Kamis pekan lalu.

"Mereka mengatakan orang tua saya masih hidup, tinggal di ruang bawah tanah di bawah gedung apartemen mereka.

Baca Juga: Konvoi Parade MotoGP Disambut Antusias Masyarakat, Siapa Saja Pembalap yang Ikut

Kementerian luar negeri Ukraina mengumumkan bahwa masjid terkenal di Mariupol, Masjid Sultan Suleiman yang Agung, telah ditembaki oleh pasukan Rusia.

Lebih dari 80 orang dewasa dan anak-anak bersembunyi di dalam masjid di Mariupol dari penembakan, termasuk warga Turki.

Wali Kota Mariupol mengatakan 86 warga negara Turki, termasuk 34 anak-anak yang mencari perlindungan di masjid untuk menghindari serangan Rusia di kota pelabuhan yang telah terkepung.

Menurut laporan, bahwa ada masalah komunikasi yang sangat besar di Mariupol dan tidak ada kesempatan untuk menjangkau mereka.

Baca Juga: Weton Rabu Legi, Jodoh, Watak dan Rezeki, Hidup Selal Waspaa Tapi Suka Pujian

Dilansir dari laman Hindustan Times, bahwa Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu mengatakan Turki telah mengevakuasi hampir 14.000 warganya dari Ukraina

Saat ini pasukan militer Rusia telah menahan sekitar 500 warga sipil Ukraina untuk dijadikan sandera di rumah sakit Mariupol.

Selain itu, ada sekitar 350.000 orang terjebak dalam zona pertempuran, dengan stok pangan yang tidak memadai.

Seranga roket yang engarah ke gedung-gedung mengakibatkan warga terus bersembunyi dalam beberapa hari terakhir.

"Upaya terus dilakukan untuk mengevakuasi kota sebagai bagian dari koridor kemanusiaan, tetapi masih ada sekitar 350.000 orang masih di dalam Mariupol dengan pasokan makanan yang menipis," ucap kepala militer Ukraina, Pvlo Kyrylenko dikutip dari Mirror pada Rabu, 16 Maret 2022.

Baca Juga: BMKG Stamet Yogyakarta Peringatkan Cuaca Ekstrem Musim Pancaroba Maret Hingga Mei 2022

Dia juga mengklaim bahwa sekitar 400 penduduk setempat dan 100 staf telah ditangkap sebagai perisai manusia dan ditahan di rumah sakit.

"Mobil tidak bisa berangkat ke rumah sakit selama dua hari. Gedung-gedung tinggi terbakar di sekitar. Rusia membawa 400 orang dari rumah tetangga ke rumah sakit kami. Kami tidak bisa keluar," ujarnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa penduduk kota harus terjebak di ruang bawah tanah dengan keadaan suasana yang mencekam dan tidak mungkin untuk keluar dari rumah sakit.

Selain itu, Kyrylenko menjelaskan bahwa rumah sakit Mariupol ada 3 bayi prematur yang terpaksa ditinggal pergi oleh orangtuanya.

Ukraina menuduh Rusia memblokir konvoi yang mencoba membawa pasokan ke kota yang terkepung.

Palang merah yang membantu mengevakuasi korban pun mengatakan bahwa banyak keluarga yang hidup dalam keputusasaan.

UNHCR berupaya mengevakuasi warga sipil keluar dari Ukraina namun masih terhambat karena serangan masih terjadi dan logistik serta bahan bakar minyak yang mulai sulit. Selainnitu masih banyak mayat yang bergelimpangan di jalan yang hanya dibungkus plastik dan akan dimakamkan secara massal***

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Mirror Aljazeera Hindustan Times

Tags

Terkini

Terpopuler