PORTAL JOGJA - Genderang perang ditabuh setelah sesaat Presiden Vladimir Putin mengumumkan secara resmi operasi militer di Ukraina 24 Febuari 2022.
Pada pidatonya di Kremlin tersebut Putin meminta tentara Ukraina meletakkan senjata dan menyerahkan diri tanpa perlawanan.
Meski demikian pasukan Rusia terus melakukan penyerangan bom di kota Mariupol dan beberapa kota di Ukraina. Dari perilaku pasukan Rusia apa sebenarnya tujuan akhir Presiden Vladimir Putin.
Menurut Cristian Nitoiu, dosen Diplomasi dan Tata Kelola Internasional di Loughborough University London, seharusnya tidak ada kesalahpahaman tentang motif Rusia; Putin prihatin dengan politik revisionis dan fantasi kekuatan besar, kata Cristian Nitoiu.
Baca Juga: Gencatan Senjata di Mariupol, Ukraina, Rusia Lanjutkan Serangan Rudal
Cristiain Nitoiu yang juga dosen Diplomasi dan Tata Kelola Internasional di Loughborough University London juga menambahkan ada tujuan jangka panjang Rusia dalam perang Rusia-Ukraina., yaitu status Uni Soviet.
“Tujuan jangka panjang Rusia setelah berakhirnya Perang Dingin adalah untuk memulihkan status kekuatan besar Uni Soviet, untuk dilihat setara oleh Barat dan untuk dapat mempengaruhi perkembangan politik di tetangganya yang lebih kecil seperti Ukraina, Moldova atau Kazakhstan,” katanya.
Hal tersebut sepertinya tidaka akan tercapai bila Rusia tetap saja bersikeras menguasai Ukraina dengan cara genjatan senjata.
Alasannya Ukraina masuk orbit Barat atau NATO yang memiliki pengaruh kuat sehingga kondisi demikian bertentangan kepentingan Putin.
Maka, bagaimanapun caranya Putin berusaha merebut Ukraina dengan invasi kota-kota penting salah satunya kota Kyiv
Menurut Graeme Gill, profesor emeritus pemerintahan dan hubungan internasional di University of Sydney dengan merebut Kyiv akan ada pemerintahan sementara.
“Jika Kyiv direbut, Rusia mungkin akan memasang setidaknya pemerintahan sementara,” kata Graeme Gill, profesor emeritus pemerintahan dan hubungan internasional di University of Sydney.
Hal menarik dalam invasi Ukraina tambah Graeme Gill yang juga profesor emeritus pemerintahan dan hubungan internasional di University of Sydney menculuti beberapa anggota kemudian pemerintahan dipimpin oleh Presiden Volodymyr Zelenskiy,
Namun, mengingat kecilnya kemungkinan hal ini diterima secara luas di kalangan penduduk Ukraina, Putin akan lebih berhasil jika pemerintah saat ini, mungkin dilucuti dari beberapa anggota tetapi terus dipimpin oleh Presiden Volodymyr Zelenskiy, tetap menjabat dan dapat bernegosiasi dengan Rusia, tambah Gill.
“Struktur kelembagaan kemungkinan akan tetap ada, meskipun pertimbangan kuat kemungkinan akan diberikan untuk memperkenalkan semacam pengaturan federal untuk memberikan tingkat otonomi bagi Donetsk dan Luhansk,” kata Gill.
Meskipun demikian, bahkan jika Rusia dapat membangun beberapa bentuk dialog dan kesepakatan di Kyiv, ia menghadapi hambatan.
Banyak hambatan yang dijumpai ketika dialog berlangsung, karena Rusia tetap pada pendiriannya menguasai Ukraina bagaimanapun caranya.
Hal inilah yang membuat invasi Ukraina terus berlangsung hingga sekarang. Keinginan kuat Putin merebut kembali Ukraina menjadi tujuan utama Putin.***