Lawan Stereotipe Perancis, Model Rawdah Mohamed Bikin Kampanye 'Hands Off My Hijab'

26 April 2021, 17:03 WIB
Kampanye #Handsoffmyhijab yang menentang diskriminasi pemerintah Perancis atas larangan mengenakan hijab, jilbab dan sejenisnya di muka umum/Instagran Rawdah Mohamed /

PORTAL JOGJA - Tanpa takut, model Somalia-Norwegia Rawdah Mohamed memulai kampanye untuk melawan stereotip pemerintah Perancis mengenai pemakai jilbab yang negatif.

Kampanye ‘hands off my hijab’ atau lepaskan hijabku dimulainya sejak 5 April 2021 untuk menentang pelarangan hijab oleh pemerintah Perancis.

“Larangan hijab adalah retorika kebencian yang datang dari tingkat pemerintahan tertinggi dan akan turun sebagai kegagalan besar dari nilai-nilai agama dan kesetaraan,” tulisnya melalui platform Instagram Rawdis.

Baca Juga: Selebriti Cher dan Kim Kardashian Memiliki Darah Armenia, Berterima Kasih Kepada Presiden Biden

Rawdah, peragawati, model dan endorser berbagai produk fashion dan kecantikan asal Somalia-Norwegia mengunggang selfie di Instagram dengan tangannya tertera tulisan ‘hands off my hijab’ atau lepaskan (peraturan) dari hijabku.

Gerakan ini trending Twitter dan juga Instagram dipenuhi tagar #Handsoffmyhijab.

Rawdah, pemain anggar Olimpiade Ibtihaj Muhammad, anggota kongres AS Ilhan Omar dan ribuan perempuan dari seluruh dunia menggunakan tagar #Handsoffmyhijab dan #PasToucheAMonHijab dalam bahasa Perancis.

Baca Juga: Banyak Dikritik, Pemerintah India Minta Twitter Hapus Cuitan Tentang Buruknya Penanganan Covid-19 di India

Mereka telah menggunakan tagar tersebut untuk memprotes pemungutan suara senat Prancis yang melarang siapa pun yang berusia di bawah 18 tahun mengenakan hijab, jilbab dan segala sesuatu yang serupa dengannya di muka umum.

“Saya memulai hashtag ini karena saya merasa perlu untuk memanusiakan gerakan ini. Perempuan dari etnis minoritas selalu dibicarakan. (namun) Saya ingin mengambil kembali kendali atas narasi kami dan menceritakan kisah kami,” ujar Rawdah kepada The Guardian dan dikutip Portaljogja.com.

Rawdah juga menambahkan bahwa undang-undang yang diusulkan berasal dari diskriminasi dan stereotip yang mengakar terhadap perempuan Muslim.

Baca Juga: Pagebluk Covid-19 Belum Berakhir, India Kembali Pecahkan Rekor Kasus Baru dan Kematian Akibat Covid-19

Prancis adalah negara pertama yang melarang niqab atau cadar di ruang publik, pada April 2011 lalu.

Sebuah provinsi di Perancis juga telah melarang burkini, pakaian renang yang digunakan oleh perempuan Muslim yang menutup seluruh tubuh kecuali wajah, telapak tangan dan telapak kaki.

Padahal, sekilas pakaian renang ini menyerupai pakaian yang biasa dipakai penyelam.

“Saya ingin para penindas melihat wajah saya dan wanita yang mirip dengan saya. Mereka tidak bisa bersembunyi di kantor parlemen yang mewah dan mengatur tubuh perempuan tanpa perlawanan,” ujar Rawdah dengan berani.

Pada laman instagramnya, Rawdah juga bercerita bagaimana dia mendapatkan diskriminasi berkali kali karena pakaian yang dia pilih untuk dikenakan.

“Saya tidak bisa menghitung berapa kali saya ditolak pekerjaan karena hijab saya dan bukan karena kurangnya keterampilan saya,” ujar Rawdah yang mengaku ditolak untuk banyak pekerjaan karena klien takut reaksi dari politisi dan media karena menampilkan seorang wanita berhijab dalam kampanye iklan.

“Saya terus-menerus harus melawan representasi yang tidak akurat dan persepsi bias yang datang dari tingkat tertinggi pemerintahan, yang selanjutnya diabadikan dengan masyarakat umum [dan] industri fashion,” ujar model berusia 29 tahun yang lahir di Somalia.

Rawdah berlatar belakang sebagai profesional perawatan kesehatan yang menangani anak-anak autis.

Penampilannya di dunia model internasional bermula pada Oslo Fashion Week 2019. Rawdah juga muncul di halaman publikasi seperti Vogue serta V Magazine edisi AS dan Arab.***

Editor: Andreas Desca Budi Gunawan

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler