Piano Peninggalan Ki Hadjar Dewantara Kembali Berdenting

- 3 Juli 2020, 10:54 WIB
Piano peninggalan Ki Hadjar Dewantara
Piano peninggalan Ki Hadjar Dewantara /Bagus Kurniawan/Siti Baruni

PORTAL JOGJA - Di sebuah sudut ruangan di Museum Dewantara Kirti Griya, berdiri sebuah piano tua peninggalan Ki Hadjar Dewantara. Piano ini dibeli tahun 1918 atau 82 tahun silam.

Piano ini memiliki peran besar dalam kiprah Ki Hadjar membesarkan Perguruan Tamansiswa yang didirikannya. Dengan piano itu Ki Hadjar kerap memainkan tembang-tembang gamelan yang telah digubah dalam notasi balok (diatonik) dan bukan lagi notasi gamelan (pentatonik).

Metode penggubahan dari notasi gamelan ke notasi balok yang kemudian disebut dengan metode Sariswara.Maksudnya agar gamelan dapat dinikmati lebih luas lagi.

Baca Juga: Gelang dan Cincin Emas Ternyata Lebih Laku di Kulon Progo

Awal mula metode sariswara ini diciptakan saat Ki Hadjar Dewantara (saat itu masih menggunakan nama Soewardi Soerjaningrat) dibuang ke Negara Belanda dan menggubah tembang karya KGPAA Mangkunegoro IV berjudul Kinanti Sandoong dan memainkannya dengan piano.

Tembang Kinanti Sandoong ini sempat ditampilkan dalam Konggres Pendidikan Kolonial pertama di Eropa tahun 1916 dan mengundang kekaguman orang-orang Eropa karena nada gamelan yang dimankan dengan piano ternyata melahirkan suara yang sangat khas dan baru saat itu.

Baca Juga: Menhub Beri Catatan kepada Gugus Tugas soal Surat Izin Keluar Masuk di DKI Jakarta

Saat kembali ke Indonesia, metode Sariswara selain dimainkan dengan piano milik Ki Hadjar, juga disusun menjadi sebuah buku konsep pendidikan Sariswara. Dari royalty penjualan buku inilah akhirnya Ki Hadjar Dewantara bisa membeli tanah yang sekarang menjadi Kompleks Perguruan Tamansiwa di Yogyakarta.

Baca Juga: Mau Beli Emas di Jogja, Ini Tempatnya

Halaman:

Editor: Bagus Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x