Bank Indonesia Turunkan Suku Bunga Acuan, Ketua OJK Apresiasi Langkah BI

- 24 November 2020, 12:23 WIB
Ilustrasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Ilustrasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). /Ahmad Mukti

PORTAL JOGJA - Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen berdasarkan keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) 18-19 November 2020.

"Keputusan ini mempertimbangkan perkiraan inflasi rendah, stabilitas eksternal terjaga dan sebagai langkah lanjutan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers virtual usai RDG BI edisi November 2020 di Jakarta

Penurunan suku bunga acuan ini dilakukan setelah BI selama empat kali mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4 persen selama periode Juli-Oktober 2020.

Baca Juga: Cara Mudah Pantau Aktvitas Gunung Merapi, Ini Link CCTV yang Terpasang

Dilansir dari Antara, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengapresiasi kebijakan Bank Indonesia (BI), yang kembali menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 3,75 persen untuk membantu percepatan pemulihan ekonomi nasional.

"Terima kasih Bank Indonesia telah menurunkan kebijakan policy rate-nya, yang cukup agresif dan kami akan mendukung itu dan mempercepat transmisi untuk pemberian kredit di perbankan agar sejalan dengan basis suku bunga yang ada," ungkap Wimboh dalam gelaran CEONetworking 2020 di Jakarta, Selasa, 24 November 2020.

Sepanjang tahun ini, bank sentral telah menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 125 basis poin dari 5 persen menjadi 3,75 persen.

BI menurunkan suku bunga acuan pada Februari, Maret, Juni, Juli, dan November 2020. Penurunan suku bunga acuan diharapkan akan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan kredit yang relatif masih melemah akibat tergerusnya permintaan.

Baca Juga: Wakil Ketua Komisi III DPR Soroti Penahanan Millen Cyrus : Polisi Harus Bijak

Pertumbuhan kredit pada September 2020 sebesar 0,12 persen (yoy), turun signifikan dibandingkan Maret 2020 (sebelum pandemi) yang tercatat sebesar 7,95 persen (yoy).

Namun, kredit yang mengalami tekanan sejak COVID-19 masuk ke Tanah Air, mulai menunjukkan pertumbuhan positif di September, yang tumbuh 0,16 persen secara bulanan (mtm).

"Dari perbankan saat ini tidak ada masalah berkaitan dengan likuiditas maupun permodalan, tapi dari berbagai komunikasi yang dilakukan terutama perusahaan-perusahaan besar, korporasi, sektor-sektor tertentu memang masih berat untuk mendukung pertumbuhan ini," kata Wimboh.

"Karena demand-nya masih cukup lemah di antaranya adalah sektor-sektor yang terkait dengan pariwisata dan juga terkait dengan perhotelan, restoran-restoran yang high-end, yang biasanya konsumennya turis-turis mancanegara," lanjut Wimboh.

Baca Juga: Update Harga Emas Antam dan UBS Hari ini Selasa 24 November 2020, Cek Segera Ada Tren Turun

Selain sektor pariwisata, katanya, sektor manufaktur juga turun. Menurut Wimboh, saat ini hanya sekitar 30 persen yang beroperasi baik itu perusahaan mobil atau perusahaan mobil. Namun demikian, Indonesia masih memiliki sektor-sektor andalan seperti sektor pertanian, perhubungan, perikanan, dan juga pertambangan.

"Ini adalah sektor-sektor yang bisa kita genjot dan impact-nya memang tidak segera, mungkin bisa beberapa tahun. Namun demikian, kita bisa melakukan spending itu, meng-create tenaga kerja untuk sektor itu, dan orang kalau bekerja pasti mempunyai kemampuan untuk berkonsumsi," ujar Wimboh.

Selain itu, Wimboh juga mengapresiasi pemerintah yang telah memberikan dukungan terutama penempatan dana di bank-bank Himbara, bank pembangunan daerah (BPD), dan bank syariah juga dengan cukup agresif.

Total dana yang telah ditempatkan oleh pemerintah di bank Himbara mencapai Rp47,5 triliun. Realisasi penyaluran dana dari pemerintah tersebut telah mencapai Rp198,85 triliun atau 102,68 persen dari rencana penyaluran Rp193,66 triliun kepada 3,11 juta debitur.

Sedangkan total dana yang ditempatkan oleh pemerintah di BPD mencapai Rp14 triliun. Realisasi penyalurannya mencapai Rp22,79 triliun atau 78,29 persen dari rencana penyaluran Rp29,11 triliun kepada 115.275 juta debitur.

Baca Juga: Godmothered Film Komedi Teentang Ibu Peri, Catat Tanggal Tayang 4 Desember 2020

Sementara itu, total dana yang ditempatkan oleh pemerintah di bank syariah mencapai Rp3 triliun. Realisasi penyalurannya mencapai Rp5,54 triliun atau 187,31 persen dari rencana penyaluran Rp3,9 triliun kepada 36.043 juta debitur.

"Dana pemerintah tersebut sudah di-leverage sebagaimana yang dijanjikan dan ini dengan suku bunga yang sangat murah sehingga ini mendukung sektor perbankan untuk memberikan pinjaman dengan suku bunga atau bagi hasil yang lebih murah lagi," kata Wimboh. *

 

 

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah