Takut Tertular Covid-19, Banyak ODHA Enggan Akses Anti Retrovial

- 29 Juni 2020, 20:47 WIB
HIV-AIDS
HIV-AIDS /Reuters/

PORTAL JOGJA - Pandemi Covid-19 berdampak sangat luas bagi kehidupan. Salah satunya berkurangnya Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) mengakses layanan kesehatan untuk mengambil Anti Retroviral (ARV).

Padahal, ARV ini harus diminum secara rutin oleh pengidap HIV setiap hari. ARV berfungsi menekan jumlah virus, sekaligus meningkatkan daya tahan tubuh ODHA.

Petugas pendukung sebaya LSM Victory Plus, Magdelana mengatakan, banyak ODHA yang enggan mengakses ARV karena takut tertular virus Covid-19.

Baca Juga: Objek Wisata Kulon Progo Simulasi Pembukaan, Apa Syarat-syaratnya?

“Mau tidak mau, kami secara kolektif mengambilkan ARV itu agar teman-teman tidak putus obat,” kata perempuan yang sering disapa Magda ini, hari ini, 29 Juni 2020.

Tentu saja kondisi ini cukup dilematis bagi petugas pendukung sebaya. Mengapa? Para pendukung sebaya ini  menanggung risiko ketika harus bolak balik ke layanan kesehatan.

Meski disarankan bekerja dari rumah, tapi  tuntutan tetap melayani ODHA pun mendesak. Mereka lebih memilih mengambil risiko terpapar virus COVID-19 daripada terjadi lonjakan angka putus ARV pada pengidap HIV di DIY.

“Ada lho yang karena saking takutnya ketularan Covid-19 ini terus bilang mending ga usah minum obat ngga papa daripada kena COVID di Puskesmas,” katanya lagi.

Baca Juga: Mau Beli Sepeda Gunung di Jogja? Tak Usah Bingung. Ini Tempatnya

Padahal, kepatuhan mengkonsumsi ARV sangat berpengaruh pada kualitas kesehatan ODHA. Jika terjadi putus obat, maka jumlah virus HIV dalam tubuh dapat bertambah dan berakibat daya kekebalan tubuh menurun.

Para petugas pendukung sebaya ini tak sekadar mengambilkan ARV di layanan kesehatan. Namun juga mengirimkan kepada pemiliknya.

Tak hanya di wilayah DIY. Ada pengidap ODHA dari luar DIY yang tetap memperoleh ARV dari Yogyakarta.

“Biasanya ini mahasiswa-mahasiswa yang mudik,” kata Magda.

Baca Juga: Menuju Normal Baru, Pemkot Yogyakarta Kendorkan Social Distancing

Jika jarak tempat tinggal ODHA tidak terlalu jauh, para petugas pendukung sebaya ini akan mengirimkan. Namun, jika cukup jauh maka dikirim melalui jasa kurir.

Suka duka pun dialami para pendukung sebaya. Mulai dari minimnya APD yang mereka gunakan, ODHA yang membayar biaya pengiriman tidak sesuai yang ditagihkan, hingga pengurangan hari untuk  mendapatkan ARV di layanan kesehatan.

“Ada puskesmas yang layanan HIV dan IMS-nya hanya dua kali seminggu,” keluhnya.

Baca Juga: Warung Jamu Berusia 41 Tahun yang Dipercaya Bisa Obati Penyakit

Bahkan pada Mei silam, sempat terjadi stock out ARV. Penyebabnya pasokan ARV dari India terkendala pengiriman karena negara tersebut memberlakukan lockdown.

Beruntung, kondisi ini tidak terjadi dalam waktu yang lama. Karena ketersediaan ARV pada bulan Juni kembali normal.

“Yang saya sesalkan, pemerintah itu tidak ada upaya mitigasi bagi ODHA dalam situasi pandemi seperti sekarang ini,” keluh Magda. (*)

Editor: Azam Sauki Adham


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah