Aktivitas Vulkanik Gunung Merapi Meningkat, Konsentrasi Gas Alami Peningkatan

- 1 Desember 2020, 04:59 WIB
Konsentrasi gas CO2 gunung Merapi meningkat
Konsentrasi gas CO2 gunung Merapi meningkat /Pixabay/

PORTAL JOGJA - Konsentrasi gas CO2 di Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah mulai meningkat. Peningkatan gas CO2 di Gunung Merapi, menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menjadi salah satu indikator peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang kini telah berstatus Siaga.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Senin 30 November 2020 mengatakan, "Konsentrasi gas CO2 meningkat menjadi 675 ppm (bagian per juta)."

Pemantauan gas dari stasiun VOGAMOS (Volcanic Gas Monitoring System) di Lava 1953 di Gunung Merapi menunjukkan nilai gas CO2 (ppm) dengan interval waktu setiap lebih kurang tiga jam untuk pengambilan data.

Baca Juga: Di Puncak Gunung Merapi Ditemukan Banyak Longsoran Baru yang Mengarah ke Kali Senowo dan Kali Putih

Hanik menyampaikan, selama awal November hingga 20 November 2020 konsentrasi CO2 menunjukkan nilai yang cukup konstan, yaitu rata-rata 525 ppm. "Setelah periode tersebut hingga akhir bulan ini menunjukkan peningkatan (CO2) hingga nilai maksimal sebesar 675 ppm," katanya.

Data pemantauan ini juga menunjukkan proses desakan magma menuju permukaan.

Menurut Hanik selain konsentrasi gas, indikator peningkatan aktivitas vulkanik lainnya adalah kegempaan internal di tubuh gunung itu yang meningkat hingga  mencapai 400 kali per hari.

Baca Juga: Magma Dekati Permukaan, Gunung Merapi Alami Pemekaran

Selama bulan November kegempaan Gunung Merapi tercatat 1.069 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 9.201 kali gempa fase banyak (MP), 29 kali gempa low frekuensi (LF), 1.687 kali gempa guguran (RF), 1.783 kali gempa hembusan (DG), dan 39 kali gempa Tektonik (TT).

"Intensitas kegempaan pada bulan ini 2-5 kali lebih tinggi dibandingkan bulan Oktober yang lalu," kata Hanik.

Analisis morfologi area puncak berdasarkan foto dari sektor tenggara pada bulan ini, menurut Hanik, juga menunjukkan adanya perubahan morfologi sekitar puncak yakni runtuhnya sebagian kubah Lava1954.

Baca Juga: Gunung Merapi 9 Kali Keluarkan Suara Guguran, Keluarkan Asap Warna Putih Tebal

Sedangkan berdasarkan analisis foto drone pada 16 November 2020, teramati adanya perubahan morfologi dinding kawah akibat runtuhnya lava lama, terutama Lava1997 (Selatan), Lava1998, Lava1888 (Barat) dan Lava1954 (Utara). "Belum teramati kubah lava baru," ujarnya.

BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Potensi bahaya akibat erupsi Merapi diperkirakan maksimal dalam radius lima kilometer dari puncak.

BPPPTKG merekomendasikan untuk menghentikan aktivitas penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam kawasan rawan bencana (KRB) III. Selain itu BPPTKG juga meminta pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III, termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.***

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x