FTSP UII Gelar Diskusi Tentang Membangun Kampung dan Cetak Biru Kebijakan Perumahan Indonesia

31 Mei 2023, 08:15 WIB
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (FTSP UII) mengelar diskusi Coffee Morning Lecture bertajuk Membangun Kampung dan Cetak Biru Kebijakan Perumahan Indonesia di Ruang IRC Kampus FTSP UII Selasa (30/5/23). /Chandra Adi N/portaljogja.com/

PORTAL JOGJA - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (FTSP UII) mengelar diskusi Coffee Morning Lecture bertajuk Membangun Kampung dan Cetak Biru Kebijakan Perumahan Indonesia di Ruang IRC Kampus FTSP UII Selasa (30/5/23).

Dekan FTSP UII Ilya Fadjar Maharika dalam sambutannnya mengatakan bahwa ada jarak atau gap antara perguruan tinggi dengan masyarakat, salah satunya adalah jarak bahasa.

"Bahasa akademik dengan bahasa 'awam' itu banyak bedanya dan meman belum tentu bisa saling berkomunikasi dengan baik. Bahasa akademik adalah bahasa yang memang dipahami atas otonomi akademik dan keilmuwan didalamnya, sehingga akan muncul istilah-istilah yang mbingungi kalau dalam bahasa awam karena lantas akan menjadi bahasa teknis, bahasa ilmiah yang memang dipakai untuk menerobos pengetahuan-pengetahuan baru," kata Ilya.

Baca Juga: 3 Siswa SMA Muhammadiyah 1 Lolos ke Olimpiade Sains DIY

Dengan adanya acara Coffee Morning Lecture yang sudah memasuki episode ke-3 ini, menurut Ilya diharapkan bisa menjadi ajang diskusi sederhana untuk menjembatani gap yang terjadi antara perguruan tinggi dengan masyarakat.

"Jadi kita belajar bersama disini yang kita upayakan untuk mendekatkan bahasa langitannya perguruan tinggi dengan bahasa awamnya masyarakat," lanjut Ilya.

Hadir dalam diskusi kali ini adalah Titik Efianti selaku Co Founder YPA Architecture Studio yang menceritakan tentang pengalamannya ketika melakukan revitalisasi atau membedah kawasan kampung rawan banjir di daerah Petogogan Jakarta Selatan pada tahun 2022.  Menurut Titik tidak mudah mengkomunikasikan sebuah gagasan membedah suatu kawasan kepada warga yang memang sudah puluhan tahun tinggal di kawasan tersebut.

"Jadi unit yang terbangun 9 unit meskipun awalnya 22 unit, jadi dalam kami mengkomunikasikan ide itu tidak selalu diterima oleh masyarakat, jadi ada masyarakat 13 unit yang menolak, tapi setelah terjadinya revitalisasi ini masyarakatnya ternyata mau juga," katanya.

Titik mengatakan bahwa ada penentangan dari warga setempat saat dirinya merencanakan sebuah program. Warga kerap menilai bahwa lahannya akan diintervensi padahal dalam prakteknya nanti, lahan yang dimiliki warga tersebut akan tetap sama seperti yang tertera dalam sertifikat.

Baca Juga: Bikin Iri, Kelima Pemenang Flash Sale Rp1 Shopee Resmi Terima Mobil Agya Seharga Rp1   

 

Sementara itu Salahudin Rasyidi, selaku Kepala Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan Jawa III Kementrian PUPR mengatakan bahwa di masa mendatang keinginan warga atau rumah tangga untuk memiliki rumah akan menurun.

"Jumlah rumah tangga yang memiliki rumah akan meningkat namun jika dilihat secara proporsi kepemilikan rumah itu menurun, jadi kedepan kepemilikan rumah itu kemungkinan akan turun karena memang lahan semakin susah, walaupun rumah itu tidak selalu dimiliki yang penting punya tempat tinggal yang nyaman dan layak yang aman untuk kita berkehidupan tapi belum tentu itu menjadi milik kita," kata Salahudin.

Menurut Salahudin yang menjadi tren saat ini dan terlihat pada generasi milenial adalah mereka lebih memilih untuk menyewa apartamen yang dekat dengan aktivitas mereka bekerja.***

Editor: Chandra Adi N

Tags

Terkini

Terpopuler