PORTAL JOGJA - Hari Film Nasional yang diperingati setiap tanggal 30 Maret tidak lepas dari proses berkarya seorang Usmar Ismail. Pada tanggal 30 Maret 1950, Usmar Ismail selaku sutradara sekaligus sebagai produser Perfini memulai pengambilan gambar atau syuting film hitam putih berjudul “The Long March”.
Film “The Long March” atau “Darah dan Doa” merupakan film pertama yang diproduksi oleh orang Indonesia, dimana sebelumnya, pada tahun 1926 sudah diproduksi film cerita pertama yang dibuat di Indonesia berjudul “Loetoeng Kasaroeng”.
Namun, film tersebut masih diproduksi bersama produser Belanda dan keturunan Tionghoa. Selain membuat tonggak sejarah baru dalam produksi film nasional, film “Darah dan Doa” menarasikan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Baca Juga: Pierce Brosnan Akan Berperan Sebagai Dr. Fate di Film Anti-Hero 'Black Adam' Bersama Dwayne Johnson
Potret-potret sejarah bangsanya menjadi kepedulian seorang Usmar Ismail, termasuk memotret perubahan sosial budaya masyarakat Indonesia dalam sejumlah filmnya. Sebut saja film “Krisis” (1953) dan “Lewat Djam Malam” (1954).
Dalam sejarah industri film, Usmar Ismail yang juga pelopor drama modern di Indonesia ini merupakan pendiri Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini) dan Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI).
Layaklah jika pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat pada 20 Maret 1921 dan wafat pada 2 Januari 1971 ini didapuk sebagai “Bapak Film Nasional.
Menurut Deddy Otara selaku Ketua Panitia dalam acara peringatan Hari Film Nasional 2021 dan 100 Tahun Usmar Ismail ini, diangkat sejumlah topik mengenai sosok besar Usmar Ismail dan tokoh perfilman sezamannya, yaitu Rempo Urip.
"Dalam semangat memperingati hari Film Nasional ke 71 th ini, kami selain mengangkat Usmar Ismail juga mengajak insan perfilman dan masyarakat umum untuk mengenal lebih dekat sosok Rempo Urip. Sosok sutradara yang menorehkan sejarah penting bagi perfilman Indonesia," kata Deddy melalui pesan singkat kepada Portaljogja.com