Angin Puting Beliung di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, LAPAN: Bukan, Itu Water Spout!

- 21 Januari 2021, 14:40 WIB
Viral video angin puting beliung di Wonogiri, LAPAN menyebutnya sebagai water spout
Viral video angin puting beliung di Wonogiri, LAPAN menyebutnya sebagai water spout /Tangkapan layar twitter /@seputar_wngr/

PORTAL JOGJA - Masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta sempat dikagetkan dengan viralnya video angin puting beliung yang terjadi di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah Rabu 20 Januari 2021.

Namun fenomena alam yang disebut sebagian masyarakat sebagai angin puting beliung itu disanggah oleh peneliti LAPAN Dr. Erma Yulihastin, yang menyebutnya sebagai water spout.

Erma melihat secara visual bahwa bentuk pusaran seperti belalai atau corong pipa panjang ini turun dari awan cumulus congestus atau cumulonimbus.

Baca Juga: Dibuka Februari, Berikut Syarat dan Tata Cara Daftar SNMPTN Melalui LTMPT

Fenomena serupa dengan area yang lebih luas sempat terjadi di Desa Slangit, Cirebon, 2 Januari 2021. Saat itu water spout mengakibatkan sedikitnya 273 rumah rusak ringan.

“Kejadian ini tak hanya langka tapi juga termasuk cuaca ekstrem karena menggambarkan badai supercell pada skala ruang yang mikro (puluhan meter),” ujar Erma dalam rilis resmi LAPAN.

Menurut peneliti Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) LAPAN ini, water spout dan puting beliung dapat dibedakan berdasarkan koneksi angin tersebut dengan media air yang terdapat di bagian dasarnya.

Water spout disebut tornado yang terkoneksi dengan air dan memiliki skala mikro. Fenomena ini hanya dapat terjadi di atas bendungan, danau, tambak, sungai dan lainnya yang sejenis.

Baca Juga: Tips Bimbingan Skripsi Lancar Walaupun Kuliah Online

Fase kehidupan water spout terjadi karena adanya gabungan temperatur, kelembaban dan pergeseran angin yang sesuai. Awalnya awan cerah akan terbentuk di atas permukaan air, kemudian awan tersebut akan dikelilingi oleh awan gelap di sekitarnya

Pembentukan corong spiral yang terjadi berwarna cerah dan memanjang secara perlahan sehingga terlihat sebagai pipa panjang atau belalai.

Proses pembentukan ini tertangkap kamera dan diposting oleh akun @MurtadhaOne1. Video berdurasi 2 menit dan 19 detik itu telah ditonton lebih dari 56 ribu kali. 

Angin puting beliung atau small tornado sendiri dapat terbentuk di atas tanah. Angin puting beliung memiliki skala F-2 dengan lintasan kurang dari satu kilometer dan durasi hidup kurang dari satu jam.

Baca Juga: Istri Pertama Nurdin Ruditia Masih Shock Kehilangan Suami, Ternyata Bukan Mimpi

Skala F adalah pengukuran yang dipakai untuk mengukur intensitas tornado menurut Fujita, seorang ahli tornado asal Jepang.

Menurut Erma, fenomena water spout sangat sedikit yang dapat bertahan lama atau bahkan berpindah menuju darat.

Hal ini seirama dengan fenomena water spout di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah. Water spout terjadi pada pukul 15.45 dan hanya berlangsung selama 15 menit. Tidak dilaporkan adanya kerusakan di sekitar daerah tersebut.

LAPAN merasa kesulitan untuk memprediksi munculnya cuaca ekstrim, termasuk tornado

Karena data yang terus berubah. Bahkan model perhitungan berbagai komputer pintar masih memiliki bias, tidak akurat.

Baca Juga: Cristiano Ronaldo Pencetak Gol Terbanyak dalam Sejarah Sepakbola, Berikut Fakta-Faktanya

Saat ini model prediksi Satellite-based Disaster Early Warning System (Sadewa) yang dimiliki LAPAN baru bisa mendeteksi skala spasial lima kilometer dan skala waktu per satu jam. Ini tidak dapat mendeteksi fenomena puting beliung yang memiliki durasi hidup kurang dari satu jam.

Meski begitu, masyarakat bisa tetap waspada dengan melakukan pengamatan visual untuk mengetahui cuaca ekstrim.

Waspadalah bila melihat cuaca pagi sampai siang panas terik kemudian berubah cepat menjadi kelabu dan merata dan terlihat perbedaan kontras antara mendung dan terang yang berdekatan. Ketika itu biasanya juga terlihat awan kelabu yang tampak tersusun berlapis secara vertikal menyerupai pohon.

Satu hal lagi, water spot yang pernah terbentuk di suatu daerah, memiliki potensi besar untuk dapat terjadi lagi di wilayah tersebut.***

Editor: Chandra Adi N

Sumber: Twitter LAPAN


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah