Presiden Jokwi Imbau Warga Agar Waspada Terkait Potensi Bencana Hidrometeorologi Akibat La Nina

17 Oktober 2020, 21:24 WIB
Presiden Jokowi (Joko Widodo). /Foto: Twitter @jokowi/

PORTAL JOGJA – Bencana hidrometeorologi yang disebabkan oleh fenomena La Nina berpotensi terjadi di wilayah Indonesia.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengimbau agar warga melakukan hal berikut untuk menghadapi bencana hidrometeorologi seperti banjir akibat fenomena La Nina.

Imbauan Jokowi disampaikan setelah Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memaparkan potensi tersebut dalam rapat koordinasi nasional (rakornas) terkait potensi bencana hidrometeorologi akibat adanya La Nina dan ancaman lainnya seperti gempa bumi dan tsunami.

Baca Juga: Pentingnya Menjaga Keamanan Akun ShopeePay, Simak Caranya

Baca Juga: ShopeePay Perluas Jangkauan ke Lebih dari 500 Outlet Planet Ban

Dikutip dari Setkab, terkait potensi bencana yang ditimbulkan akibat fenomena La Nina, Presiden Jokowi memberikan 3 poin arahan.

1. Langkah antisipasi

Siapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi akibat fenomena La Nina, yang diprediksi akan menyebabkan peningkatan curah hujan bulanan antara 20% - 40% di atas normal.

2. Menghitung dampak

Hitung dampak dari fenomena La Nina terhadap produksi sektor pertanian, perikanan, dan perhubungan.

Baca Juga: Mantan Terpidana Pembunuhan Munir, Pollycarpus Meninggal Dunia

Baca Juga: Update Covid 19 Indonesia Hari Ini Sabtu 17 Oktober 2020. Sumatera Barat Alami Lonjakan Kasus Baru

3. Penyebarluasan informasi

Sebarluaskan informasi mengenai perkembangan cuaca secepatnya ke seluruh provinsi dan daerah, sehingga semua tahu akan terjadi kenaikan curah hujan bulanan.

"Laporan yang saya terima dari BMKG terkait fenomena La Nina ,saya ingin agar kita semuanya menyiapkan diri mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi," kata Jokowi.

"Dan juga dampak dari La Nina ini terhadap produksi pertanian, agar betul-betul dihitung terhadap sektor perikanan dan juga sektor perhubungan, karena 20 sampai 40 persen itu bukan kenaikan yang kecil," tegas dia.

"Saya juga minta supaya disampaikan, disebarluaskan informasi mengenai perkembangan cuaca secepat-cepatnya ke seluruh provinsi dan daerah, sehingga tahu semuanya sebetulnya curah hujan bulanan ke depan ini akan terjadi kenaikan seperti apa," lanjut dia.

Baca Juga: Ancaman Bencana Hidrometeorologi Akibat La Nina, India Siapkan Mitigasi Dengan Baik

Perlu diketahui, tidak hanya BMKG yang mengkonfirmasi perihal terjadinya fenomena La Nina, sejumlah pusat layanan iklim luar negeri seperti Amerika Serikat, Australia, dan Jepang juga melihat hal yang sama.

Fenomena La Nina yang sedang berkembang sekarang dapat mencapai level moderate pada bulan Oktober ini hingga akhir tahun.

Fenomena ini diprediksi baru akan berakhir di bulan Maret atau April 2020 sehingga warga perlu mempersiapkan diri menghadapi hal ini.

Perkembangan anomali La Nina dapat dilihat melalui Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) yang menunjukkan suhu permukaan laut.

Baca Juga: Link Live Streaming MotoGP Aragon Minggu 18 Oktober 2020

Suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir dengan nilai anomali telah melewati angka -0,5 derajat celcius, yang menjadi ambang batas kategori La Nina.

Perkembangan anomali suhu permukaan laut di wilayah tersebut masing-masing adalah -0,6 derajat celcius pada bulan Agustus, dan -0,9 derajat celcius pada bulan September 2020.

Bicara soal catatan historis, La Nina dapat menyebabkan peningkatan akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia sebanyak 20 sampai 40 persen di atas normal.

Jumlah tersebut bisa lebih. Namun, dampak La Nina tidak bisa disamaratakan ke seluruh wilayah Indonesia secara umum.

Baca Juga: Update Covid 19 DI Yogyakarta Hari Ini 17 Oktober 2020 Tambah 24 Kasus Baru, 48 Sembuh

Pada bulan Oktober-November 2020, diprediksikan peningkatan curah hujan bulanan dapat terjadi di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatra.

Daerah yang tersebut diantaranya Pesisir timur Aceh, sebagian Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Pulau Bangka, Lampung, Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, dan sebagian kecil Jawa Timur.

Untuk wilayah Kalimantan yang harus waspada adalah wilayah sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagaian Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Utara, sebagian kecil Sulawesi, Maluku Utara, dan sebagian kecil Nusa Tenggara Barat.

Baca Juga: Daftar Harga iPhone 17 Oktober 2020 : iPhone SE 2020, iPhone 11, iPhone 7 Plus

Pada bulan Desember hingga Februari 2021 peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku-Maluku Utara, dan Papua.

Peningkatan curah hujan seiring dengan awal musim hujan disertai fenomena La Nina berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.

Terkait Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengingatkan masyarakat untuk mengantisipasi dampak bencana yang dipicu oleh fenomena La Nina di kawasan Pasifik.

Ia mengimbau masyarakat untuk memerhatian peringatan-peringatan yang disebarluaskan oleh BMKG.

Baca Juga: Pembalap Yamaha Kuasai Sesi Latihan GP Aragon, Vinanles Tercepat

"Kita juga minta supaya masyarakat juga ikut membantu, jangan sampai tidak menuruti warning (peringatan) yang sudah disebarluaskan oleh BMKG," ungkap Luhut.

"Presiden khususnya mengingatkan kami untuk betul-betul melihat semua laporan BMKG sebagai landasan kita bekerja. Dengan itu nanti kita akan bisa mengurangi kemungkinan-kemungkinan keterlambatan kita dalam menangani kalau terjadi peristiwa (bencana) semacam itu," kata Luhut.

Ia mengatakan pemerintah juga berusaha untuk meningkatkan sistem peringatan dini (early warning system) yang dapat memberi peringatan lebih cepat ke seluruh daerah di Indonesia.

Baca Juga: Ibrahimovic Siap Berlaga di Derby Milan Setelah Terjangkit Covid-19

"Jadi dibangun satu sistem yang betul-betul early warning-nya itu memang bisa bekerja dengan cepat. Berapa menit apa berapa detik sudah bisa ketahuan kalau ada tsunami dan sebagainya," pungkas Luhut.

*

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: setkab

Tags

Terkini

Terpopuler