Kampung Cisamaya : Dulu Tempat Pembuangan Sampah, Kini Kampung Wisata Budaya Sunda

- 20 Maret 2023, 05:22 WIB
Kampung Pasundan Cisamaya, Kuningan, Jawa Barat.
Kampung Pasundan Cisamaya, Kuningan, Jawa Barat. /Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id /

PORTAL JOGJA- Kampung Pasundan Cisamaya terletak di Desa Pasawahan, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Merupakan kampung wisata yang merekonstruksi kekayaan budaya Sunda.

Jejak kehidupan masyarakat Sunda dihadirkan di Kampung Pasundan Cisamaya dari berbagai sudut objek, mulai dari gaya bangunan, piranti masak, penggunaan bambu hingga suguhan makanan tradisional.

Kampung Pasundan Cisamaya berada tidak jauh dari lokasi Ibukota Jakarta dan dapat ditempuh dalam waktu satu jam perjalanan ke arah perbatasan Kuningan-Cirebon. Area rekonstruksi desa ini seluas 1,5 Ha. Ekosistem di dalamnya juga dibentuk sedemikian rupa agar keaslian budaya Sunda tetap terjaga. Penyematan nama Cisamaya pun diambil dari nama mata air yang mengaliri lima desa sekaligus dan tak surut meskipun saat musim kemarau.

Baca Juga: Kisah Seru Film Bel Canto yang Diangkat dari Novel

Di Kampung Pasundan Cisamaya, bambu memang menjadi bahan baku yang diandalkan dalam membuat bangunan maupun piranti masak. Hal ini selaras dengan masyarakat Sunda yang sejak dulu memang kerap memanfaatan bambu untuk berbagai keperluan konstruksi. Belum lagi jika dilihat dari fungsi dan kegunaan, alat-alat yang terbuat dari bambu memiliki kelembapan tinggi dan tahan air. Bambunya didatangkan dari berbagai daerah dan kemudian di-treatment sedemikian rupa agar awet secara penggunaan.

Mengembalikan jejak kehidupan masyarakat Sunda, menjadi benang merah di area Kampung Pasundan Cisamaya ini. Bukan tanpa alasan, pengenalan budaya Sunda sengaja hadir untuk menyeimbangkan modernitas dan tradisional yang kini kerap memiliki gap yang cukup jauh. Inilah yang menjadi dasar direkonstruksinya Kampung Pasundan Cisamaya sebagai jembatan mengenalkan kembali budaya Sunda.

Ketika ke sini, orang-orang bisa tahu rumah-rumah orang Sudah zaman dahulu seperti apa. Disediakan pula baju adat seperti iket, pangsi dan kebaya, serta kuliner untuk memperkuat budaya Sunda. Bahkan pernah dibuat juga festivalnya beberapa waktu lalu untuk mengenalkan kembali kebudayaan Sunda yang direpresentasikan melalui kampung ini.

Gotong royong juga diterapkan dalam pengelolaan Kampung Pasundan Cisamaya ini. Pasalnya, bahan baku makanan dipasok dari koperasi masyarakat desa. Sistem ini sudah dibentuk sejak kampung ini berdiri. Ekosistem ini dibuat untuk menghidupi ekonomi masyarakat desa.

Tidak hanya menghidupkan budaya Sunda lewat penggunaan bambu, bentuk bangunan dan kuliner saja, permainan tradisional juga hadir di Kampung Pasundan Cisamaya.

Permainan tersebut ialah wayang sampeu atau wayang yang terbuat dari bahan dasar batang singkong. Sampeu yang berarti singkong dalam bahasa Indonesia ini, kerap dimanfaatkan oleh masyarakat Sunda menjadi berbagai olahan makanan, tak terkecuali dengan permainan tradisional.

Rusidin seorang pengrajin wayang sampeu mengatakan bahwa dulu wayang ini sering dimainkan oleh anak-anak Sunda. Namun, seiring berkembangnya ragam permainan anak-anak, membuat wayang sampeu kehilangan minat. Untuk itu, ia mecoba memperkenalkan kembali di Kampung Pasundan Cisamaya ini.

Wayang sampeu terbuat dari batang singkong yang direbus atau dijemur terlebih dahulu. Merebus atau menjemur batang singkong dimaksudkan agar memudahkan batang saat ditekuk membentuk karakter wayang. Kisah pewayangannya sama seperti yang terdapat dalam Kitab Ramayana dan Mahabarata dari India itu. Hanya saja wayang sampeu dimainkan ke dalam bahasa Sunda.

Rusidin berharapan dengan adanya wayang sampeu ini dapat mengenalkan kembali permainan rakyat masyarakat Sunda zaman dulu, supaya tidak tergerus dengan permainan modern lainnya.

Sejarah Kampung Wisata Cisamaya

Kampung Pasundan Cisamaya atau Blok Cisamaya dulunya dikenal sebagai tempat pembuangan sampah dari desa-desa tetangga. Tetapi sekarang telah bertransformasi menjadi tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi.

Rudy Hartanto, koordinator Kampung Pasundan Cisamaya, mengatakan bahwa sejak 2019 berupaya untuk membersihkan sampah-sampah itu. Sampah diuruk lalu di atasnya dibangun gazebo sebagai tempat menyambut tamu.

Sekalipun merupakan tempat pembuangan sampah, tak tercium sedikit pun bau sampah di lokasi tersebut. Yang tercium justru wewangian dari pohon pinus yang mengelilingi kampung tersebut. Terlebih jika hujan turun, wangi pinus semakin tercium.

Di lokasi itu dibangun rumah-rumah pedesaan zaman dulu. Rumah dibangun menggunakan bilik beratapkan daun welit. Rumah-rumah desa itu didirikan sebagai tempat penginapan. Di rumah itu, keluarga bisa berkumpul, bersenda gurau, dan menikmati kebersamaan. Konsepnya seperti menginap di rumah nenek.

Baca Juga: Geliat Sastra Kotagede Melalui Diskusi dan Angkringan Sastra

Semua warga terlibat dalam pembangunan wisata di Kampung Pasundan Cisamaya, mulai dari penampilan kesenian tradisional, menyajikan makanan tradisional, hingga menampilkan dan melatih berbagai keterampilan seperti membatik. Misalnya, pengunjung yang datang diajak memainkan permainan tradisional yang dulu sering dimainkan anak-anak.

Dengan keindahan alam yang eksotik, Kampung Pasundan Cisamaya kini juga memiliki kegiatan healing forest atau kegiatan wisata sekaligus terapi dengan merasakan atmosfer hutan dan alam yang ada di daerah tersebut.

Promosi terus digencarkan melalui media sosial dengan menyajikan beragam foto dan informasi menarik. Dampaknya sudah terlihat dengan selalu hadirnya wisatawan setiap hari di Kampung Pasundan Cisamaya. ***

 

Editor: Chandra Adi N

Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x