Lebong Tandai, Batavia Kecil di Bengkulu, Riwayatmu Dulu Kota Bekas Tambang Emas

- 20 November 2021, 12:41 WIB
Bekas mess di Lebong Tandai wilayah bekas tambang emas zaman belanda.
Bekas mess di Lebong Tandai wilayah bekas tambang emas zaman belanda. /Agustan Rachman

Warung-warung berjejer dengan rapi di sepanjang jalan di tengah-tengah desa. Masyarakat sebagian duduk ngobrol, main kartu dan menonton TV.

Bahkan tak sedikit pula yang bergegas menuju Molek yang baru tiba karena mengambil pesanan barang yang dibeli dari luar desa.

Semua orang pasti akan takjub bercampur kagum ketika tiba di desa ini. Betapa tidak, setelah melewati perjalanan selama 3, 5 jam dengan pemandangannya hanya hutan, tiba-tiba di depan kita terbentang sebuah desa yang penuh dengan nuansa modern.

Listrik yang terang-benderang dan tak pernah mati memancar dari setiap rumah dan sudut desa. Hampir di tiap rumah memiliki pesawat TV walaupun ukuran kecil. Alat elektronik seperti TV, Radio dan sejenisnya adalah salah satu hiburan bagi masyarakat yang hidup di daerah terpencil ini.

Lokasi yang terpencil dan jauh dari dunia luar, perusahaan Mijnbouw Maatschappij Simau milik Belanda tahun 1910 masuk ke Lebong Tandai dan menguasai tambang ini.

Baca Juga: 7 Ciri-ciri Warung Makan Diduga Pakai Penglaris dan Pesugihan, Cara Mengatasi Serangan Gaib Bisnis Kuliner

Saat itu dibangun kamar bola (tempat bermain biliar), lapangan basket, lapangan tenis, rumah kuning (rumah bordil/lokalisasi) dan bioskop. Hanya bioskop dan rumah kuning yang bangunannya sudah tidak ada lagi.

Perusahaan Belanda itu juga setiap tahun mendatangkan penari ronggeng dari Batavia. Hal ini dapat dibuktikan dengan nama sebuah jembatan menuju Lebong Tandai yaitu jembatan Dam Ronggeng I dan Ronggeng II. Dinamakan jembatan Dam Ronggeng karena pada saat peresmiannya mengundang penari-penari ronggeng dari Batavia.

Tradisi hiburan itu berlanjut hingga tahun 1980-an. Di desa ini ada 3 kelompok musik/band yaitu Anior, Trinada dan Puspa Ria. Bahkan menurut warga, pada masa PT Lusang Mining mengelola tambang ini, hampir saja ada lokalisasi.

Sebab PT Lusang Mining ingin menerapkan ‘single status’ (hidup di lokasi tambang tanpa boleh membawa istri).
Desa ini terletak 500 meter dari permukaan laut, di sebelah selatan berbatasan dengan Bukit Husin dan sebelah utara berbatasan dengan Bukit Baharu.

Halaman:

Editor: Bagus Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah