Hujan Turun Saat Imlek, Pertanda Kebruntungan di Tahun Kerbau, Ini Penjelasan Ilmiahnya

- 11 Februari 2021, 13:17 WIB
Ilustrasi Mitos dan Tradisi Perayaan Imlek
Ilustrasi Mitos dan Tradisi Perayaan Imlek /Pixabay / Leonard Wangsa/

PORTAL JOGJA - Tak terasa, Tahun Baru Imlek 2572 yang menandakan dimulainya tahun Kerbau, akan jatuh pada hari Jumat 12 Februari 2021 besok.

Tahun baru imlek tidak hanya identik dengan angpau, barongsai, dan kue keranjang saja, tetapi juga prediksi akan cuaca yang biasa terjadi saat itu.

Menurut sejarahnya, hari raya Imlek berawal dari bentuk rasa syukur masyarakat Tiongkok lantaran datangnya musim semi. Alasannya di masa itu mereka seolah dipenuhi keberkahan. Mulai dari hasil panen yang melimpah hingga kondisi musim yang baik.

Baca Juga: 10 Makanan Penutup Cina yang Paling Populer untuk Inspirasi Hidangan Imlek, Ada Durian dan Cincau

Baca Juga: Jadi Bahan Roasting, Ruben Onsu Kembali Gandeng Minola Sebayang

Di saat inilah biasanya hujan pun turun seolah turut merasakan kebahagiaan masyarakat Tiongkok dan dari momen inilah terbentuk semacam kepercayaan akan hujan yang menjadi tanda keberuntungan serta akan membuat warga Tiongkok resah bila tidak ada setitik pun hujan yang turun ke bumi, entah sebelum Imlek atau disaat harinya tiba.

Kemudian kepercayaan ini akhirnya menyebar luas, termasuk ke Indonesia. Masyarakat Indonesia menganggap bahwa saat perayaan Imlek datang, pasti hujan akan senantiasa turun membasahi bumi.

Baca Juga: Alissa Wahid Tanggapi Aisha Weddings Soal Pernikahan Anak di Bawah Umur, Itu Pasti Nikah Siri Tidak di KUA

Masih tentang hujan saat Imlek, banyak orang berpendapat, bila hujannya deras maka keberuntungannya pun besar, dan sebaliknya. Namun, pendapat lain mengatakan, bila hujannya terlalu deras bahkan sampai muncul angin besar dan badai, maka itu tanda yang tidak menguntungkan. Adapula yang mengaitkan ketika hujannya turun gerimis dalam waktu yang lama, maka dianggap keberuntungan.

Berdasarkan kutipan dari laman Pdamtirtabenteng.co.id yang dilansir dari BMKG, Kasubid Informasi BMKG, Harry Tirto, menjelaskan beberapa penjelasan ilmiahnya.

Di awal tahun 2019 wilayah Jakarta dan sekitarnya diguyur hujan dari intensitas rendah ke tinggi. Tak jarang kemudian ada yang mengaitkan Imlek dengan turunnya hujan.

Baca Juga: Imbauan Menteri dan Pakar: Rayakan Imlek di Rumah Saja dan Perketat Prokes

"Karena periode Imlek terjadi antara bulan Januari dan Februari, sehingga identik dan bersamaan dengan bulan-bulan puncak musim hujan," ujar Harry.

Tahun baru Imlek memang memang selalu jatuh antara bulan Januari - Februari. Hal ini terjadi karena penghitungan hari dalam Imlek merupakan gabungan yang berdasarkan fase bulan mengelilingi bumi dengan bumi mengelilingi matahari (lunisolar). Itulah sebabnya hari dalam tahun Imlek tidak sama dengan kalender Masehi ataupun Hijriah.

"Secara umum, bulan Januari-Februari merupakan bulan puncak musim hujan untuk wilayah Indonesia di sebelah selatan Khatulistiwa. Jika dilihat secara klimatologisnya, pertengahan Januari-pertengahan Februari merupakan periode potensi curah hujan yang tinggi dan intensif," jelas Harry.

Baca Juga: Imbauan Menteri dan Pakar: Rayakan Imlek di Rumah Saja dan Perketat Prokes

Lalu, Bagaimana bila hujan tidak turun?

Beberapa masyarakat Tiongkok beranggapan, bila tidak ada air yang turun setetespun dari langit, maka itu adalah pertanda sebagai ketidakberuntungan. Walau begitu, tidak munculnya hujan saat Imlek, bukan berarti membawa dampak buruk bagi kehidupan atau semacamnya. Hari raya tersebut tetap dirayakan dengan sakral dan membawa kebahagiaan.

Nah, apakah nanti malam dan esok akan turun hujan?***

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Pdamtirtabenteng.co.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x