Tanggapi Uji Klinis Vaksin Covid-19, Pakar Asal UGM: Vaksin Bukan Satu-satunya Cara Hentikan Pandemi

21 Agustus 2020, 10:47 WIB
Singapura akan mengeluarkan alat pelacak guna menelusuri penyebaran virus corona pada 5,7 juta warganya saat padnemi Covid-19. / (PIXABAY)

PORTAL JOGJA - Indonesia kini tengah melakukan uji klinis terhadap vaksin Sinovac yang berasal dari China, yang dipercaya dapat menghentikan penyebaran pandemi Covid-19.

Uji coba ini dilakukan pada sejumlah relawan sebagai tahap uji klinis fase tiga di Indonesia untuk dapat menilai efikasi atau keandalan vaksin tersebut.

Namun demikian, pakar virologi dari FKKMK UGM, dr. Mohamad Saifudin Hakim, MSc., PhD, menyampaikan bahwa vaksin bukan satu-satunya cara menghentikan pandemi Covid-19.

Baca Juga : PSG Bakal Mainkan Neymar di Final Liga Champions Usai Terhindar Hukuman

Dilansir dari ugm.ac.id, Ia menyampaikan hal tersebut sebab wabah virus corona yang sebelumnya pernah melanda seperti SARS-CoV dan MERS-CoV, berhasil dihentikan tanpa vaksin.

"wabah virus corona sebelumnya seperti SARS-CoV tahun 2002-2003 dan MERS-CoV tahun 2012 itu berhasil dihentikan tanpa vaksin," ungkapnya.

Selain itu, ia menyoroti bahwa terdapat negara-negara yang sukses menahan laju peningkatan kasus Covid-19 layaknya China, Korea Selatan, Selandia Baru dan Taiwan, yang bisa menekan peningkatan kasus dengan upaya-upaya pencegahan penularan yang dilaksanakan dengan baik dan disiplin.

Baca Juga : Jadwal Acara Trans TV & Trans 7 Hari Ini 21 Agustus 2020, Ada Keanu Reeves di John Wick Trans TV

“Saya kira pemerintah tetap perlu melakukan berbagai upaya pencegahan persebaran Covid-19 ini secara maksimal. Dan masyarakat harus disiplin melaksanakan upaya pencegahan penularan. Tidak boleh kendor sama sekali,” katanya.

Menurutnya, tindakan pencegahan seperti isolasi kasus, contact tracing dan karantina, penjarakan fisik, memakai masker dan cuci tangan, dan karantina komunitas (lockdown) sangat diperlukan.

Menurutnya produk vaksin Sinovac yang tengah diuji secara klinis, tidak bisa diklaim akan efektif digunakan, sebab masih perlu menunggu hasil uji klinisnya.

Baca Juga : Cuaca DIY Hari Ini Jum’at 21 Agustus 2020 Diperkirakan Cerah Hingga Cerah Berawan

“Jangan terburu-buru menyimpulkan bahwa vaksin yang sedang diuji klinis saat ini pasti akan efektif dan sudah pasti menjadi pilihan untuk diedarkan. Ini kesimpulan yang terlalu dini,” imbuhnya.

Ia menilai kandidat vaksin yang sudah masuk ke uji klinis fase 3 tidak menjamin bahwa uji klinisnya akan berhasil.

"Banyak kandidat vaksin yang sudah menjalani uji fase 3 namun gagal karena ternyata terbukti tidak efektif," ungkapnya.

Baca Juga : Polri Minta Maaf Kasus Oknum Polisi Pungli ke Turis Jepang Rp1 Juta di Bali

Bila nantinya dari hasil uji coba vaksin Sinovac ini berhasil di tanah air, lalu dimasukkan ke dalam program imunisasi nasional, menurutnya kontinuitas program tersebut akan bergantung pada suplai vaksin yang cukup.

Oleh karena itu, ia berharap Indonesia bisa memproduksi sendiri.

“Tentu akan lebih mudah dipastikan jika kita mampu memproduksi vaksin sendiri, dibandingkan jika harus membeli dari produsen dari luar negeri,” ujarnya.

Baca Juga : Solidaritas Sosial Ekonomi Islam Miliki Peran Dalam Pemulihan Imbas Covid-19

Menurutnya, teknologi pembuatan vaksin terinaktivasi sudah dimiliki oleh PT. Biofarma.

Namun, untuk produksi massal vaksin tersebut tentu saja menunggu hasil uji klinis fase tiga ini.

“Bila vaksin ini terbukti efektif dan aman maka produksi massal dapat dimulai. Tinggal nanti kesepakatan antara Sinovac, Pemerintah Indonesia, dan PT. Biofarma, berapa bagian dari produksi vaksin itu yang akan diproduksi Biofarma,” katanya. ***

Editor: Andreas Desca Budi Gunawan

Sumber: UGM

Tags

Terkini

Terpopuler