Bahkan untuk memastikan apakah mereka memiliki bibit radikalisme, anak-anak itu diinterogasi semala 11 jam.
“Pengalaman penahanan memiliki efek signifikan pada anak-anak,” kata Hurtado, dikutip dari Pikiran-Rakyat.com.
Baca Juga : Wanna One Tak Akan Reuni di MAMA 2020 Pada 6 Desember Nanti
Ia mengatakan bahwa banyak pejabat PBB sebelumnya yang bereaksi terhadap undang-undang Prancis tentang perang melawan terorisme.
"Mekanisme hak asasi manusia PBB di masa lalu telah menyuarakan keprihatinan mereka bahwa kejahatan 'mendukung terorisme' tidak dapat membatasi kebebasan berbicara secara sewenang-wenang," ujarnya.
Prancis baru-baru ini meluncurkan perburuan 'penyihir' ekstensif terhadap komunitas Muslim menyusul pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut Islam sebagai agama bermasalah yang perlu dibendung.
Baca Juga : Update Covid-19 : Hari Ini Kasus Baru Hampir 5000 Kasus
Banyak organisasi non-pemerintah (LSM) dan masjid telah ditutup dalam beberapa minggu terakhir sementara serangan terhadap Muslim semakin memuncak.
Perdebatan tentang peran Islam di Prancis, bagaimanapun, menjadi lebih intens setelah pemenggalan kepala guru Samuel Paty, yang menurut jaksa dilakukan oleh seorang Chechnya berusia 18 tahun yang memiliki kontak dengan seorang teroris di Suriah.
Sebelumnya, sang Presiden yakni Emmanuel Macron dinilai rasis oleh sebagian besar masyarakat di dunia terutama bagi umat Muslim, karena membebaskan rakyatnya untuk membuat karikatur Nabi Muhammad SAW.