Masyarakat Diharap Tak Terprovokasi Situasi Timur Tengah Pasca Serangan Iran ke Israel

- 16 April 2024, 23:45 WIB
Sistem anti-rudal beroperasi setelah Iran meluncurkan drone dan rudal ke Israel.
Sistem anti-rudal beroperasi setelah Iran meluncurkan drone dan rudal ke Israel. /Reuters/Amir Cohen/

PORTAL JOGJA - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Al Makin memberikan pesan agar masyarakat Indonesia di dalam negeri tidak cepat terprovokasi dengan situasi konflik di Timur Tengah akhir-akhir ini, tanpa melihat persoalan secara mendalam. Timur Tengah semakin memanas pasca serangan balasan Iran ke Israel beberapa saat yang lalu.

"Biasanya kalau sudah perang itu fenomenanya jadi global. Di dalam negeri kita justru terpengaruh seperti isu Palestina, atau isu-isu yang lain sehingga kita tidak memahami secara utuh apa yang terjadi, kita ikut-ikutan baik kelompok kanan maupun kelompok kiri," ujarnya di Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Selasa 16 April 2024 sebagaimana dikutip dari ANTARA.

Al Makin menilai bahwa akibat gampang terhasutnya masyarakat itu, malah tak memberikan sumbanagan solusi strategis. Padahal menurutnya, Indonesia memiliki cukup modal untuk ikut mendinginkan suasana di Timur Tengah pasca serangan balasan Iran ke Israel, sehingga perang kedua negara tersebut tidak makin tereskalasi.

Baca Juga: Konflik Iran dan Israel Bisa Akibatkan Gejolak Harga Minyak Dunia yang Pengaruhi Perekonomian Indonesia

Kemudian Al Makin menyebutkan sejumlah modal yang dimaksud yang dapat membuka peluang Indonesia untuk menjadi penengah supaya eskalasi pertikaian Iran-Israel tidak semakin tajam.

"Karena kita punya budaya saling memaklumi yang tinggi, budaya musyawarah, toleransi, dan budaya moderasi secara alami," kata pakar sosiologi agama Indonesia ini.

Dalam hal ini, pemerintah Indonesia guna meredam ketegangan yang terjadi di Timur Tengah dapat melakukan peran ganda dengan menggunakan dua model diplomasi yang dijalankan oleh pemerintah dan pihak non-pemerintah.

"Secara diplomasi mungkin pemerintah bisa memainkan peran mediator, karena saya kira Iran juga sangat hormat sama Indonesia dan hubungan Indonesia dengan Iran saya kira baik," ucap Guru Besar IAIN Suka ini.

Sementara itu, diplomasi non-pemerintah bisa dimainkan oleh masyarakat, LSM, akademisi, hingga organisasi muslim terbesar di Indonesia seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Dalam konteks NU dan Muhammadiyah ini memiliki peran membangun perdamaian secara 'citizen to citizen' atau warga dengan warga.

Baca Juga: Sejumlah Pihak Serukan Cegah Eskalasi di Timur Tengah, Pasca Serangan Balasan Iran

Sebelumnya, terkait dengan serangan balasan yang dilancarkan Iran pada Sabtu malam 13 April 2024 ke Israel dengan menembakkan puluhan rudal balistik dan ratusan pesawat nirawak, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi telah melakukan sambungan telpon dengan Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian.

Percakapan telepon antara Retno dan Hossein yang terjadi pada Senin 15 Maret 2024 ini berisi harapan agar adanya sikap menahan diri atau deeskalasi konflik di Timur Tengah.

Retno Marsudi juga telah mengontak sejumlah pihak di Arab Saudi, Yordania, Mesir, Uni Emirat Arab, Turki, Belanda, dan Jerman. Ia mendesak negara-negara itu memakai pengaruhnya guna meredakan ketegangan terkait pertikaian Iran dan Israel.

Baca Juga: Iran Sebut Serangan Balasan ke Israel Sesuai Pasal 51 Piagam PBB

Diketahui, konflik kedua negara ini dipicu adanya serangan terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April lalu. Ada tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam Iran tewas akibat serangan itu. Tercatat dua jenderal penting ikut tewas dalam kejadian itu.***

Editor: Siti Baruni

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah