Dihantam Gelombang Panas, Lapisan Es Antartika Mulai Menipis dan Runtuh

- 30 Maret 2022, 08:33 WIB
Lapisan es Antartika bagian timur mengalami keruntuhan akibat gelombang panas.
Lapisan es Antartika bagian timur mengalami keruntuhan akibat gelombang panas. /Reuters/

PORTAL JOGJA - Perkembangan Antartika di bagian kutub utara akhir-akhir ini mengalami perubahan besar dampak besar dari gelombang panas datang.

Dilansir portaljogja.com dari laman Reuters lapisan Es Conger runtuh setelah suhu di Antartika Timur melonjak hingga 40 derajat Celcius di atas normal awal bulan ini.

Hal tersebut terlihat dari Citra satelit NASA Modis dari lapisan es Antartika Timur pada 21 Maret. Lapisan Es Conger diyakini telah runtuh pada 15 Maret

Lapisan es Antartika Timur hancur bulan ini menyusul periode panas ekstrem di wilayah tersebut, kata para ilmuwan. Melihat fenomena yang demikian banyak menduga akibat kenaikan suhu 2,7C.

Menurut Ilmuwan Bumi dan Planet NASA Catherine Colello Walker dalam akun Twitternya menyebut kejadian ini terjadi karena mencapai titik kritisnya

Baca Juga: Lima Negara di Asia Tengah Ikut Terpengaruh Ekonomi Rusia, Mana Saja?

“Mungkinkah itu mencapai titik kritisnya setelah #Antarctic #AtmosphericRiver dan gelombang panas juga?” Ilmuwan Bumi dan Planet NASA Catherine Colello Walker bertanya di Twitter pada hari Jumat, berbagi gambar hamparan putih yang hancur menjadi pecahan di atas lautan yang gelap.

Diketahui, lapisan es mengambang permanen yang melekat pada tanah, membutuhkan waktu ribuan tahun untuk terbentuk seperti tanggul yang menahan salju dan es yang jika tidak mengalir ke laut, menyebabkan laut naik.

Menurut Peter Neff, ahli glasiologi di University of Minnesota. Gelombang panas Maret, dengan suhu mencapai 40C (70F) di atas normal di beberapa bagian Antartika Timur, terkait dengan fenomena sungai di atmosfer.

Baca Juga: SPS Awards 2022, Pikiran-Rakyat.com Raih Gold Winner IPMA General News Online Terbaik Digelar di Yogyakarta

Gelombang panas Maret, dengan suhu mencapai 40C (70F) di atas normal di beberapa bagian Antartika Timur, terkait dengan fenomena sungai di atmosfer, kata Peter Neff, ahli glasiologi di University of Minnesota.

Proses ini menciptakan kolom sepanjang ratusan kilometer yang membawa uap air dari daerah tropis, menciptakan efek yang digambarkan Neff sebagai selang kebakaran kelembaban.

Hal menarik dari suhu udara di antariksa biasanya mencapai -51 C atau -60 F, tetapi tahun ini mengalami perubahan yang besar dan tidak biasa yaitu-12 C atau -10 F pada awal bulan ini.

Dikelilingi oleh lautan luas dan disangga oleh angin yang cenderung melindunginya dari intrusi udara hangat yang besar, benua yang membeku .

Hal tersebut merespons lebih lambat terhadap perubahan iklim daripada Arktik, yang memanas tiga kali lipat lebih cepat dari belahan dunia lainnya.

Baca Juga: Weton Rabu Kliwon 30 Maret 2022, Watak Cocok Jadi Orator, Rezeki Tak Lancar dan Sering Sial

Menurut Reuters suhunya tidak biasa dan tidak menghangat sama sekali, tetapi beberapa wilayah telah terpengaruh dan benua itu kehilangan rata-rata 149 miliar ton es per tahun dari 2002 hingga 2020.

Menurut NASA. Hilangnya Lapisan Es Conger adalah contoh terbaru dari perubahan yang sedang berlangsung sampai saat ini.

Lapisan es kecil hanya bertahan untuk kehidupan yang baik di iklim pantai yang sangat hangat ini dan telah menipis dan rusak selama beberapa dekade terakhir

Rak Conger pecah jauh sebelum gelombang panas, dan kehancurannya menunjukkan sistem Antartika sensitif terhadap perubahan atmosfer, tetapi peristiwa itu sendiri tidak perlu dikhawatirkan, kata Ted Scambos, seorang ilmuwan peneliti senior di University of Colorado Boulder.***

 

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah