Duka Keluarga Korban Penembakan di Atlanta: Salah Satunya Sebatang Kara, Mengumpulkan Uang Lewat GoFundMe

- 20 Maret 2021, 11:28 WIB
ilustrasi korban penembakan di Atlanta ternya kini hidup sebatang kara.
ilustrasi korban penembakan di Atlanta ternya kini hidup sebatang kara. /Mike Labrum/Unsplash/

“Dia memiliki hati EMAS. Dia tidak peduli dengan ras, warna kulit, atau agama Anda. Jika Anda membutuhkan bantuan, dia ada di sana,” tulis Cristy Lynn McGouirk di Facebook mengenai Delaina Ashley Yaun Gonzalez, salah satu korban penembakan di Young’s Asian Massage.

Ternyata ibu satu anak ini pergi untuk bersantai bersama suaminya, Mario, untuk ‘malam kencan’. “Mereka sedang kencan malam, dan hanya ingin bersantai. Dalam sekejap, dia diambil darinya. Mario benar-benar hancur kehilangannya,” tulis McGouirk.

Tersangka, warga Atlanta berusia 21 tahun Robert Aaron Long, telah dipenjara atas tuduhan membunuh delapan orang, enam di antaranya adalah wanita keturunan Asia.

Sebuah tempat peringatan darurat didirikan di luar Young’s Asian Massage dan dua spa lainnya di Atlanta, mirip dengan ratusan lainnya yang bermunculan di seluruh Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir untuk menghormati para korban kekerasan senjata di negara itu.

Kuil Atlanta juga menjadi tempat untuk memberi penghormatan kepada para korban adanya lonjakan kekerasan anti-Asia di seluruh negeri. Pelecehan yang telah terjadi dan selama ini telah diabaikan pihak berwajib hingga adanya peristiwa penembakan, 16 Maret 2021 lalu.

“Saya pindah ke Amerika karena itu adalah mercusuar harapan bagi dunia. Saya suka China dan Amerika, tapi ini gila,” ungkap Tracey Xu, salah seorang keturunan China yang tinggal di AS.

Xu mengatakan dia telah merasakan adanya kebencian rasial terhadap orang Asia sejak dia pindah ke negara itu, tetapi tidak pernah seperti sekarang. “Sekarang semuanya terbuka, orang-orang menjadi berani,” kata Xu yang juga hadir menghormati korban penembakan di Atlanta.

Xu merasa memburuknya tindakan anti-Asia itu dengan adanya komentar dari mantan Presiden Donald Trump ketika masih menjabat sebagai presiden AS yang melabeli virus Covid-19 sebagai virus China.

“Banyak orang Asia tidak lagi merasa aman di sini. Saya tidak merasa aman, tidak seperti sebelumnya,” ucap Xu. ***

Halaman:

Editor: Andreas Desca Budi Gunawan

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah