Laporan Tim Peneliti Covid-19 WHO Sepulang dari Investigasi di China Menuai Kritik 14 Negara di Dunia

31 Maret 2021, 09:46 WIB
ilustrasi program vaksinasi Covid-19 oleh WHO/instagram WHO /

PORTAL JOGJA - Empat belas negara, termasuk Amerika Serikat dan Inggris secara resmi telah mengkritik laporan Covid-19 dari WHO yang telah melakukan kunjungan ke China selama empat minggu pada Januari 2021.

Salah satu laporan tersebut menyatakan bahwa teori mengenai virus Covid-19 merupakan virus yang lolos dari laboratorium virologi Wuhan, adalah sangat tidak mungkin.

Laporan WHO tersebut dikeluarkan oleh Tedros Adhanom Ghebreyesus, kepala WHO pada Selasa, 30 Maret 2021.

Baca Juga: Ahli Medis Jepang Sebut Perhelatan Olimpiade Tokyo Saat Pandemi Covid-19 Beresiko Tinggi

Kempat belas negara yang mengkritik tersebut, diantaranya juga Kanada dan Australia menuduh China menahan tim WHO dari data dan sampe yang lengkap dan asli.

Ini menyebabkan penyelidikan asal usul virus mematikan yang membuat pandemi global Covid-19 tidak cukup untuk menemukan apa penyebab aslinya.

“Mereka seharusnya memiliki akses data yang tidak terbatas. Mereka harus dapat mengajukan pertanyaan kepada orang-orang yang ada di lapangan pada saat ini, dan itu adalah langkah yang dapat diambil WHO,” ujar sekretaris pers Gedung Putih, Jen Psaki.

Baca Juga: Angkatan Laut Israel Kembali Serang Nelayan Palestina, Satu Kapal Alami Kerusakan

China memang telah berulang kali dituduh oleh negara-negara barat menghalangi investigasi asal-usul pandemi virus Covid-19 yang sampai saat ini diketahui pertama kali muncul di Wuhan, salah satu kota terpadat di China bagian tengah dengan populasi lebih dari 11 juta orang.

Ketua Who, Tedros mengakui adanya sejumlah hambatan yang ditemui oleh para peneliti lapangan yang terjun langsung ke China untuk menginvestigasi kasus ini.

“Dalam diskusi saya dengan tim, mereka mengungkapkan kesulitan yang mereka hadapi dalam mengakses data mentah,” ujar Tedros.

Anggota tim investigasi juga mengakui adanya pengaruh politik baik dari China maupun luar China untuk menekan mereka. Namun hasil investigasi kali ini murni terlepas dari tekanan tersebut.

Laporan tersebut tidak menarik kesimpulan secara pasti apa penyebab utama virus Covid-19. Namun memberikan peringkat terhadap apa penyebab yang paling memungkinkan sehingga pandemi global ini berlangsung.

Dikatakan dalam laporan bahwa hipotesis paling memungkinkan adalah virus tersebut berasal dari kelelawar. Ada dua skenario yaitu langsung dari kelelawar ke manusia, atau yang lebih memungkinkan adalah adanya heran perantara yang menyebabkan penularan antara kelelawar dan manusia.

Hewan yang diduga sebagai agen penularan adalah cerpelai, trenggiling, kelinci, dan musang.

Dua hipotesis yang mendapat tanda paling tidak mungkin, berasal dari tuduhan pemerintah Trump bahwa virus tersebut keluar dari laboratorium virologi Wuhan dan teori dari pemerintah China bahwa virus itu berasal dari makanan beku yang diimpor ke China.

Gedung Putih mendesak WHO untuk mengambil langkah tambahan untuk menentukan asal-usul Covid-19.

“Ada tahap kedua dalam proses ini yang kami yakini harus dipimpin oleh pakar internasional dan independen,” ujar Jen Psaki, sekretaris pers Gedung Putih.

"Kami melihat 76.000 kasus gejala pada bulan-bulan sebelum Desember 2019 untuk mencari kasus Covid-19 yang tidak ditemukan. Tetapi kami tidak menemukan apa pun,” ujar Peter Ben Embarek, ahli WHO yang memimpin misi ke Wuhan.

Meskipun begitu, ahli penyakit yang berpindah dari hewan dan menusia ini tidak menutup kemungkinan bahwa sebenarnya virus tersebut telah ada pada bulan November dan kemungkinan juga telah tersebar di luar China.

Kurangnya data yang terbuka membuat WHO menyerukan adanya penelitian lebih lanjut tentang asal virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19.

“Menemukan asal virus membutuhkan waktu dan kami berhutang kepada dunia untuk menemukan sumbernya sehingga kami dapat bersama-sama mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko terjadinya hal ini lagi,” ujar Tedros yang menegaskan bahwa satu kali penelitian tentang ini tidak akan mungkin langsung menemukan jawaban.***

Editor: Andreas Desca Budi Gunawan

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler