Sadiman, Pria di Jawa yang Menanam Lebih dari 11.000 Pohon Seorang Diri Selama 24 Tahun di Lereng Gunung Lawu

- 1 April 2021, 12:08 WIB
Sosok Sadiman yang menanam lebih dari 11.000 pohon dalam 24 tahun terakhir di Lereng Gunung Lawu
Sosok Sadiman yang menanam lebih dari 11.000 pohon dalam 24 tahun terakhir di Lereng Gunung Lawu /Tangkapan Layar Youtube Reuters./

PORTAL JOGJA - Seorang pria di Jawa, Indonesia telah menyelesaikan sebuah misi yang dapat dibilang sangat mustahil. Misi yang dimaksud ini yakni menanami seluruh hutan di lereng Gunung Lawu sendirian.

Dikenal sebagai Sadiman, pria 69 tahun ini awalnya dianggap gila oleh penduduk desa setempat karena ambisinya.

Tetapi sejak memulai proyeknya 24 tahun yang lalu, orang baik ini akhirnya berhasil mengubah daerah yang tandus dan rawan kekeringan menjadi sebuah kawasan hutan yang rindang dengan jumlah tanaman tidak kurang dari 11.000 pohon.

Baca Juga: Sharon Stone Akui Pernah Bayarin Gaji Leonardo DiCaprio saat Belum Terkenal

Sebelum dia mulai misi ini, lereng bukit yang terletak di Gunung Lawu yang menjadi sasarannya tersebut, terlihat sangat tandus tanpa sungai dan danau.

Hal tersebut dikarenakan kebakaran dan pembalakan liar yang pernah terjadi disana yang bertujuan untuk membersihkan lahan bagi kegiatan pertanian antara tahun 1960-an dan 1980-an.

Dengan kekeringan yang terjadi dan minimnya sumber air di daerah tersebut, penduduk desa akhirnya mengalami bencana kekeringan. Akhirnya warga mengalami kekurangan makanan, dan juga menyebabkan terjadinya wabah penyakit yang menyerang masyarakat.

Baca Juga: Marcel Siahaan, dari Agnostik, Kristen, Buddha, Kini Memilih Islam: Dulu Suka Nonton Musabaqoh Tilawatil Quran

Sebagai tanggapan, Sadiman memutuskan bahwa dia akan melakukan semua yang dia bisa untuk membalikkan keadaan untuk komunitas terdekat.

"Saya berpikir sendiri, jika saya tidak menanam pohon beringin, daerah ini akan menjadi kering," katanya saat berbicara kepada Reuters. "Menurut pengalaman saya, pohon beringin dan pohon ficus dapat menyimpan banyak air."

Hanya berbekalkan peralatan sederhana dan kedua tangannya, Sadiman tanpa henti bekerja untuk mengisi area seluas lebih dari 617 hektar dengan pohon beringin dan ficus.

Ia mengharapkan jika yang dilakukannya tersebut akan membantu mempertahankan air di bawah tanah dan mengarah pada revitalisasi sumber air dan mencegah erosi tanah.

Awalnya, rekan-rekannya sesama penduduk desa menyebutnya gila karena bahkan mencoba tugas seperti itu, dan dia diejek karena ingin menukar kambingnya dengan anakan pohon.

"Orang-orang mengejek saya karena membawa bibit pohon beringin ke desa, karena mereka merasa tidak nyaman karena mereka percaya ada roh di pohon-pohon ini," kata Sadiman.

Tetapi sekarang, masyarakat menuai imbalan dari pekerjaannya. Sekarang mata air mulai bermunculan di bawah tanah yang dapat dimanfaatkan untuk konsumsi dan pertanian.

Dulunya, karena kekurangan air ini dan sedikitnya hujan membatasi produksi para petani dan penduduk desa yang hanya bisa menghasilkan satu kali panen dalam setahun.

Namun kini keadaan telah jauh berbeda, hutan dan pasokan airnya sekarang menawarkan mereka kesempatan untuk menuai tanaman setidaknya dua kali atau tiga kali setahun.

"Di masa lalu orang-orang berpikir dia gila, tetapi lihatlah hasilnya sekarang," kata seorang penduduk desa bernama Warto. "Beliau mampu menyediakan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di beberapa desa."

"Saya berharap masyarakat di sini dapat memiliki kehidupan yang sejahtera dan hidup bahagia," kata Sadiman, yang terus mendukung usahanya dengan menjual atau barter tanaman seperti nangka dan cengkeh dari pembibitannya.

Sadiman juga berpesan, “jangan membakar hutan berulang-ulang." ***

Editor: Andreas Desca Budi Gunawan

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x