BMKG: Tak Perlu Panik Soal Potensi Tsunami Selatan Jawa, Panjat Pohon hingga Dengar Sirine

- 6 Oktober 2020, 17:45 WIB
Prediksi Gempa Tsunami 20 Meter di Jawa, BMKG Imbau Warga Tak Panik Ikuti 7 Langkah Mitigasi Berikut
Prediksi Gempa Tsunami 20 Meter di Jawa, BMKG Imbau Warga Tak Panik Ikuti 7 Langkah Mitigasi Berikut /Pixabay.com

PORTAL JOGJA - Tsunami 20 meter atau megatrust yang terjadi di wilayah Pantai Selatan Pulau Jawa masih menjadi topik hangat perboncangan di media sosial.

Isu tsunami 20 meter atau megatrust ersebut juga pernah mengemuka di tahun 2018 lalu. Berbagai diskusi hingga latihan kebencanaan menghadapi tsunami di berbagai kabupaten yang berhadapan dengan pantai Selatan Jawa digelar.

Semua kabupaten juga mengecek langsung pemasangan alata Early Wraning System (EWS) berfungsi dengan baik atau tidak. Bila tidak berfungsi atau rusak masing-masing pemkab akan menggantinya.

Baca Juga: Ramalan Cupu Panjala di Gunungkidul, Ada Gambar Gunung, Wanita Bugil dan Bercak Darah Kering

Terkait soal tsunami 20 meter itu, guru besar Seismologi Intitut Teknologi Bandung (ITB), Prof Dr Ir Sri Widiyantoro sempat menyatakan bahwa Pulau Jawa berpotensi dilanda tsunami. Tsunami tersebut dapat mencapai 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur.

Dari kajian tersebut kemudian membuat heboh cukup banyak masyarakat, khususnya sejumlah orang yang tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) tsunami di daerah [esisir selatan Pulau Jawa.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono, mengimbau agar masyarakat tak perlu panik dalam menghadapi prediksi tersebut. Ia juga punya alasan tertentu agar masyarakat tak perlu panik menerima informasi tersebut.

Baca Juga: Update Harga Emas UBS di Pegadaian Hari Ini Selasa OKtober 2020

Pernyataannya itu diungkap pula dalam akun Youtube DMII Official yang diunggah pada Selasa 6 Oktober 2020 seperti dikutip dari Pikiran-Rakyat.com.

"Informasi dari kajian ITB itu tentu harus kita respon dengan baik, bijak dalam merespon sebagai sebuah tantangan untuk melakukan upaya mitigasi, untuk menyiapkan jika potensi itu benar terjadi," paparnya.

Menurutnya kajian tersebut perlu disambut dengan upaya mitigasi yang tepat dan masyarakat siap dan sudaha terlatih.

"Masyarakat tidak perlu baper (bawa perasaan-red), tidak perlu cemas, panik, kaget tetapi ayo kita sambut kajian temen-temen ini bagaimana cara menyikapinya ke depan," katanya.

Baca Juga: Polri Larang Aksi Demo Buruh Hari ini Selasa 6 Oktober 2020, Ini Alasannya

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) lanjut dia telah menyediakan sederet upaya dalam menyediakan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami.

"Jadi ya respon mitigasi itu sebenarnya ya harus kita sambut tapi bukan kaget dan panik. Sekarang BMKG sudah maju di tim monitoring cepat diamati, diproses, berpotensi gempa atau tidak," ungkap Daryono.

Bahkan dalam waktu lima menit, BMKG mampu menggambarkan modeling gempa yang dapat berpotensi tsunami di laut selatan pulau jawa.

"Kita mampu lima menit menggambarkan modeling gempa tsunami dari gempa besar yang dianalisis dengan sistem processing," tambah Daryono.

Menurutnya BMKG juga menyiapkan sistem peringatan dini tsunami yang berbasis dampak.

"Kini BMKG sudah melangkah lebih maju akan memberikan informasi landaan tsunami. Jadi kecamatan mana yang akan terlanda itu akan ada infonya semua karena kita akan membangun model database seperti ini," ujarnya.

Baca Juga: Harga Emas Antam di Pegadaian Hari Ini Kamis 17 September 2020 - Stabil atau Berubah

Sebagai bagian dari upaya mitigasi, BMKG telah menyediakan multi moda diseminasi atau sistem yang dapat memberikan informasi secara otomatis kepada masyarakat.

Beberapa di antaranya yakni SMS registrasi nomor ponsel, WRS (Warning receiver system), WhatsApps, Telegram, social media, televisi, radio, dan website.

Daryono mengingatkan agar pemerintah daerah turut mengembangkan dana untuk menambah sirine tsunami sebagai perluasan dari sirine utama BMKG tersebut.

Ia pun menegaskan bahwa sirine bukan sebuah peringatan dini adanya tsunami namun perintah untuk segera melakukan evakuasi.

"Sirine itu sebenarnya bukan peringatan dini tapi perintah untuk evakuasi," ujarnya.

Merawat hutan pantai agar pohon-pohonnya mampu tumbuh tinggi pun dapat melindungi bangunan dari terpaan gelombang tsunami.

Baca Juga: Donald Trump Tinggalkan RS dan Kembali Ke Gedung Putih

"Ini adalah kawasan rawan tsunami pada saat itu, sehingga rumah yang di belakangnya tidak ada pohon tinggal pondasinya saja," tambahnya

Meski BMKG telah menyediakan berbagai langkah, cara selamat saat tsunami sudah dekat pun cukup penting diperhatikan oleh diri sendiri.

Cara selamat tersebut yakni memanjat tower atau menara air, memanjat rumah, dan memanjat pohon.

"Bisa selamat hanya karena kita memahami cara selamat saat itu kala tsunami sudah dekat. Ini adalah sebuah keterampilan yang harus dilatih," ujarnya.

****/Pikiran-Rakyat.com/Farida Al-Qodariah

 

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah