PORTAL JOGJA - Inflasi di Rusia diperkirakan akan meningkat menjadi 20 persen dan ekonominya bisa turun sebanyak 8,0 persen pada tahun ini.
"Revisi signifikan dari perkiraan konsensus mencerminkan perubahan drastis dalam kondisi ekonomi selama dua minggu terakhir," kata Deputi Gubernur Bank Sentral Alexei Zabotkin dalam sebuah pernyataan terpisah.
"Langkah-langkah yang diambil oleh bank sentral Rusia dan pemerintah ditujukan untuk membatasi skala penurunan ekonomi dan menghindari periode inflasi tinggi yang berkepanjangan."
Inflasi konsumen tahunan mencapai 10,42 persen pada 4 Maret, karena rubel menyentuh posisi terendah bersejarah setelah invasi Rusia ke Ukraina, diikuti oleh sanksi keras Barat yang memutuskan bank sentral dan bank-bank dari sistem keuangan global.
Bank sentral Rusia menaikkan suku bunga utamanya menjadi 20 persen dari 9,5 persen dalam langkah darurat pekan lalu, memperkenalkan kontrol modal dan mengatakan kepada perusahaan-perusahaan yang berfokus pada ekspor untuk menjual mata uang asing karena rubel jatuh ke rekor terendah.
Inflasi tahunan di Rusia meningkat menjadi 14,53 persen pada 18 Maret, yakni tertinggi sejak November 2015 dan naik dari angka 12,54 persen seminggu sebelumnya, kata kementerian ekonomi Rusia pada Rabu (23/3).
Lonjakan inflasi di Rusia itu terjadi karena nilai mata uang rubel yang jatuh telah membuat harga melonjak di tengah penerapan sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Inflasi meningkat tajam karena mata uang Rusia jatuh ke level terendah sepanjang masa pada awal Maret 2022 dan permintaan untuk berbagai macam barang, dari bahan makanan pokok hingga mobil, naik tajam.
Baca Juga: Gara-Gara Menahan Kentut Seorang Penyanyi Terpaksa Dirawat di Rumah sakit