Sementara Islam mengajarkan hidup cukup hasil ikhtiar yang halal dan baik. Sebaliknya jauhi segala hal yang melampaui batas. Sikap ekstrem yang mengarah pada berlebihan (ghuluw) maupun yang mengarah pada penegasian (tafrith) dan mengurang-ngurangkan (tanqis) tidak dibenarkan oleh Ajaran Islam.
”Ketika harus bernahyu-munkar pun mesti dengan cara yang makruf atau baik; di samping dengan hikmah, edukasi yang baik, dan mujadalah yang lebih baik sejalan pendekatan dakwah yang diajarkan Allah (QS Al-Nahl: 125),”tegas Haedar.
Haedar mengajak kaum muslimin melalui puasa Ramadan dan Idul Fitri untuk membangun sikap hidup tengahan dan tidak berlebihan.
”Setiap muslim mesti bersikap wasathiyah atau atau moderat dalam menjalani kehidupan. Bangun keseimbangan hidup antara ruhani dan jasmani, jiwa dan fisik, individu dan kolektif, ibadah mahdhah dan muamalah, serta antara dunia dan akhirat secara utuh, bermakna, dan bertujuan utama. Di situlah makna hidup manusia yang bermartabat mulia (fi ahsan at taqwim) yang membedakannya dengan makhlukTuhan lainnya,”jelas Haedar.***