Beksan Trunajaya, Tiga Tarian tentang Jejak Aktivitas Para Prajurit Masa Lalu

- 9 Maret 2024, 00:30 WIB
Sejumlah penari Beksan Trunajaya yang diarak dengan  menaiki kuda  dalam Kirab Trunajaya pada Kamis 7 Maret 2024
Sejumlah penari Beksan Trunajaya yang diarak dengan menaiki kuda dalam Kirab Trunajaya pada Kamis 7 Maret 2024 /dok.Panji Arkananta / @panji.arka/

PORTAL JOGJA - Melansir dari instagram resmi Keraton Yogyakarta, diketahui detail mengenai Beksan Trunajaya yang merupakan penyebutan secara utuh dari rangkaian tiga beksan yang terdiri dari Lawung Alit, Lawung Ageng, dan Sekar Madura.

Secara umum, ketiga tarian ciptaan Sri Sultan Hamengkubuwono I  ini berkisah tentang aktivitas para prajurit masa lalu saat berlatih ketangkasan berkuda dan memainkan tombak.

Menjadi bagian pertama dari Beksan Trunajaya, Beksan Beksan Lawung Alit atau yang dikenal juga dengan nama Lawung Alus ditarikan oleh 12 penari utama dan 6 pendukung utama tari. Selain itu ada seorang dalang yang memimpin berjalannya Beksan Lawung Alit ini.

Penari utama tersebut kemudian terbagi atas 4 orang penari pengampil, 4 orang penari jajar dan 4 orang penari lurah. Sedangkan 6 orang pendukung tari terdiri dari 2 orang tumenggung, 2 orang botoh, dan 2 orang salaotho.

Baca Juga: Mahakarya Sri Sultan Hamengkubuwono I Kembali Digelar dalam Beksan Trunajaya

Sementara Beksan Lawung Ageng merupakan tarian yang berkisah mengenai adu ketangkasan prajurit bertombak. Seperti diketahui, Hingga saat ini Beksan Lawung Ageng masih menduduki posisi khusus sebagai bagian dari upacara kenegaraan.

Mengambil inspirasi perlombaan watangan yang dilakukan biasa dilakukan abdi dalem prajurit pada masa lalu. Watangan ini adalah latihan ketangkasan berkuda dan memainkan tombak sehingga gerakan mengandung unsur heroik, patriotik, dan berkarakter maskulin.

Terdapat pula dialog dalam tarian ini yang merupakan campuran dari bahasa Madura, Melayu, dan Jawa. Dialog tersebut umumnya berisi perintah-perintah dalam satuan keprajuritan. Dalam hal ini, penari yang akan berperan sebagai jajar, lurah, botoh, ploncon, dan salaotho.

Baca Juga: Hari Ini ada Kirab Trunajaya di Sepanjang Malioboro, Simak Rekayasa Lalu Lintas dan Waktunya

Bagian terakhir dari tiga tarian itu adalah Beksan Medura. Beksan Medura ini termasuk salah satu karya terbesar dari Sri Sultan Hamengkubuwono I. Menggambarkan tentang suasana perjamuan para prajurit yang berpesta pasca meraih kemenangan dalam peperangan, beksan ini disebut pula sebagai Beksan Gendul karena menggunakan properti berupa gendul (botol) dan sloki (gelas kecil).

Termasuk dalam jenis tari kelompok yang diperagakan oleh empat penari alus dan empat penari gagah yang dipimpin oleh dua penari Batak (penari paling depan) berjumlah 2 orang, satu alus, satu gagah. Bahasa campuran dari Bahasa Melayu, Madura, Bagelen, dan Bagongan menjadi pengantar dalam dialog para penari.***

Editor: Siti Baruni

Sumber: Instagram resmi Keraton Yogyakarta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah