Australia Batalkan Proyek Kapal Selama, Prancis Tuntut Bayar Ganti Rugi dan Kompensasi, Ini Besar Biaya

- 23 Februari 2022, 08:11 WIB
Ilustrasi: Australia tak jadi beli kapal selam di Prancis
Ilustrasi: Australia tak jadi beli kapal selam di Prancis //TASS

PORTAL JOGJA - Australia dan Prancis telah bekerja sama soal pengadaan kapal selam untuk mengganti submarine tua yang dimiliki Canberra.

Namun Australia secara sepihak membatalkan pengadaan kapal selam tersebut.

Australia dituntut untuk membayar kerugian atas pembatalan sepihak dari pengadaan kapal selam tersebut.

Hal itu sempat membuat gempar dunia, apalagi pembatalan pengadaan kapal selam itu diduga berkaitan dengan Pakta AUKUS.

Australia bersama dengan AS dan Inggris sepakat membentuk aliansi yang dikenal dengan Pakta AUKUS.

Baca Juga: Indonesia Tegaskan Beli Pesawat Tempur Rafale dan F-15 untuk Jaga NKRI Bukan Perlombaan Senjata

"Australia memutuskan untuk membatalkan kontrak yang ditandatangani dengan Prancis untuk kapal selam bertenaga diesel konvensional demi kapal selam bertenaga nuklir karena kebutuhan keamanan dan persepsi ancamannya.

Australia menandatangani pakta strategis dengan Amerika Serikat dan Inggris, sebuah langkah yang disebut sebagai 'tikaman dari belakang' oleh Prancis," tulis The Eurasian Times.

Pembatalan sepihak soal pengadaan kapal selam yang dilakukan Australia itu membuat hubungannya dengan Prancis renggang.

"Tahun lalu, Prancis menerima kemunduran besar ketika Australia membatalkan proyek kapal selam 'kelas serang' dengan Paris

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 23 Februari 2022, Reyna Ketemu, Aldebaran dan Andin Menangis Haru

Australia menandatangani pakta AUKUS dengan AS dan Inggris untuk memperoleh kapal bawah air bertenaga nuklir sebagai gantinya," dikutip dari The Eurasian Times.

Proyek kapal selam multi-miliar dolar itu harus gagal karena Australia tak ingin melanjutkan pengadaan submarine tersebut.

"Sementara para pejabat terus mengerjakan perincian pembatalan resmi kontrak besar,

ABC telah mengetahui bahwa sepertiga dari 'tim proyek residen pertahanan' masih di Cherbourg," imbuhnya.

Tak lama setelah proyek dibatalkan, kontraktor pertahanan Prancis Naval Group mengancam akan menuntut Australia puluhan juta Euro sebagai kompensasi atas kesepakatan kapal selam senilai $90 miliar dolar Australia (US$65,4 miliar) yang dibatalkan, seperti yang dinyatakan sebelumnya oleh Financial Times.

Baca Juga: Geopolitik Indo Pasifik Berubah Usai Indonesia Datangkan Pesawat Tempur Rafale

"Pejabat dan eksekutif Prancis kemudian menegaskan bahwa Australia harus membayar kembali uang yang telah dikeluarkan dan menutupi biaya penutupan desain besar dan operasi rekayasa untuk membangun kapal setelah membatalkan pesanan 12 kapal selam diesel-listrik karena alasan strategis, daripada menemukan kesalahan apa pun. dari pihak Angkatan Laut," tulis The Eurasian Times.

Bahkan jika semua biaya akhirnya ditanggung, pembatalan proyek unggulan Naval Group telah memberikan pukulan serius bagi perusahaan.

Ini menyumbang 10% dari pendapatan, atau sekitar € 500 juta setiap tahun rata-rata di tahun-tahun berikutnya, menurut Pierre-Eric Pommellet, kepala eksekutif Naval Group.

Dalton menyatakan bahwa Departemen Pertahanan 'hampir menyelesaikan perjanjian' dengan Lockheed Martin Australia, yang dipilih sebagai integrator sistem tempur untuk kapal selam kelas Attack yang sekarang dinonaktifkan.

Baca Juga: Jadwal Liga 1 : PS Barito vs Persija Jakarta dan Persebaya vs Arema FC, Indosiar Rabu 23 Februari 2022

"Ini adalah proses yang kompleks dan sensitif yang telah kami kerjakan secara pragmatis dan kooperatif dengan Naval Group dan Lockheed Martin Australia

Dua kontraktor utama yang terlibat dalam program kapal selam kelas Attack," menurut Dalton, dikutip dari The Eurasian Times.

Meskipun pengadaan kapal selam dengan Prancis telah dibatalkan, namun masih ada personel Departemen Pertahanan di Cherbourg.

"Ada 33 personel Departemen Pertahanan di Cherbourg pada saat pengumuman AUKUS Australia, tetapi 23 telah dipulangkan," tulis The Eurasian Times.

"Anggota ini mendukung penutupan kegiatan program di Cherbourg, setelah menyelesaikan penyerahan Hughes House ke Naval Group pada Desember 2021," kata juru bicara Departemen Pertahanan.

"Semua kecuali dua dijadwalkan untuk kembali ke Australia pada akhir Maret 2022, dengan anggota terakhir yang tersisa akan kembali ke Australia pada Juni 2022 setelah menyelesaikan kegiatan penutupan akhir," katanya.

Artikel ini sebelumnya tayang di onaJakartacom, 21 Februari 2022 dengan judul "Proyek Kapal Selam Multi-Miliar Dolar Gagal, Australia Dituntut Bayar Biaya Pembatalan dan Kompensasi". ***(Tri Agung Gumelar/ZonaJakarta.com)

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Zona Jakarta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah