Pemilik TikTok Ingin Membuat Aplikasi Mirip Clubhouse di China, Aplikasi Serupa Menjamur Seperti Mi Talk

6 Maret 2021, 18:27 WIB
Ikon Aplikasi Clubhouse /ANTARA/Arindra Meodia/

PORTAL JOGJA - Aplikasi Clubhouse belakangan ini populer di kalangan pengguna media sosial sejak CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk melakukan sesi perbincangan lewat jejaring sosial tersebut.

Melalui aplikasi Clubhouse itu Elon Musk kemudian mengunggahnya di kanal YouTube.

Clubhouse adalah sebuah aplikasi imelalui jejaring media sosial berbasis audio yang dirilis di AS pada Maret 2020 lalu. Clubhouse dikembangkan oleh perusahaan software bernama Alpha Exploration Co.

Baca Juga: Sekjen Kemenkes: Mutasi Virus Corona B117 Tak Sebabkan Kondisi Pasien Memburuk

Baca Juga: Dokter RSA UGM Jelaskan Soal Gangren Gejala Baru yang Ditemukan Pasien Covid-19

Aplikasi Clubhouse ini mulai banyak dilirik pengguna media sosial karena pengguna bisa melakukan streaming audio, panggilan telepon, hingga membuat acara dengan topik khusus dalam bentuk podcast.

ByteDance, perusahaan induk TikTok, dikabarkan sedang mengembangkan aplikasi berbasis audio mirip Clubhouse untuk dipakai di China.

Berdasarkan informasi dari dua nara sumber yang dirahasiakan sebagaimana dilansir oleh ANTARA hari ini, Sabtu 6 Maret 2021, menuliskan aplikasi buatan ByteDance ini masih tahap dini.

Baca Juga: Primbon Jawa Perhitungan Weton atau Neptu Hari, Pekan atau Pasaran, Bulan dan Tahun

Baca Juga: Britney Spears Rayakan Ulang Tahun Kekasihnya dengan Ikut Tantangan 'Toxic' di Tik Tok

Kesuksesan aplikasi Clubhouse buatan Amerika Serikat tersebar ke berbagai negara di dunia, termasuk China, yang sejak Februari lalu memblokir Clubhouse.

Di negara tersebut, sebelum diblokir, Clubhouse menjadi ruang diskusi untuk membahas topik sensitif seperti kamp detensi Xinjiang dan kemerdekaan Hong Kong.

Sejak diblokir, aplikasi serupa Clubhouse menjamur di China. Xiaomi Corp pekan lalu meluncurkan aplikasi bernama Mi Talk, yang juga berbasis undangan, untuk pengguna profesional.

Baca Juga: David Schwimmer Kabarkan Reuni 'Friends' akan Mulai Syuting Bulan Depan

Aplikasi mengobrol yang beredar di China diperkirakan akan bisa mengakomodasi sensor dan pengawasan dari pemerintah.

Aplikasi Zhiya buatan Lizhi Inc, yang diluncurkan pada 2018 lalu, digunakan untuk membicarakan game atau bernyanyi, namun, pengguna harus menggunakan nama asli ketika mendaftar.

Menurut CEO Lizhi, Marco Lai, mendaftar dengan nama asli merupakan hal wajib di negara tersebut.

Baca Juga: Teddy Syach Mengaku Hatinya Hancur Saat Harus Menuntun Rina Gunawan Berdoa Menjelang Tiada

Penyelenggara livestreaming audio di China memiliki tim untuk mendengarkan dan menggunakan kecerdasan buatan untuk menghilangkan konten yang tidak pantas, termasuk pornografi dan isu politik yang sensitif.

Aplikasi tersebut sempat dicabut oleh regulator China pada 2019, namun, diizinkan kembali setelah Lizhi memperbaiki Zhiya.***

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler