"Yang kedua saya juga melihat titik pijak ini bermacam-macam titik pijaknya, titik pijak ini dalam bahasa Inggris point of departure dan itu bahasa Inggris versi skandinavia titik tolaknya berbeda-beda dari perspektif agama, kemanusiaan, lingkungan ini menjadikan kekayaan perspektif," kata Fathul
Kemudian yang ketiga yang perlu disyukuri menurut Fathul adalah imaji masa depannya sangat bervariasi.
"Ada yang mendiskusikan soal strategi, ada yang mendeskripsikan bingkai bergerak UII ke depan ada yang mengimajinasikan pembangunan fisik tower UII ada yang mengimajinasikan cakupan layanan mulai yang sangat basic yang kadang kita lupa sampai yang tinggi misalnya yang basic di sini mulai misalnya ruang laktasi, itu kelihatan sederhana tapi ternyata kita sering abai, sampai kepada layanan-layanan yang tinggi termasuk untuk laboratorium yang canggih dan lain-lain," lanjut Fathul.
Baca Juga: O2SN Tingkat Kabupaten Jaring Bibit Atlet Muda Sepak Bola Sleman
Fathul menambahkan banyak sekali imajinasi yang menjadikan buku ini sesuatu perlu disyukuri karena merupakan imajinasi kolektif yang mengajak semua warga UII untuk terlibat mulai dari dosen hingga tendik.
"Sependek pengamatan saya di UII lebih dari 25 tahun, yang lain ada tetapi elitis undangannya tertutup hanya pejabat-pejabat orang-orang besar kira-kira gitu, tapi yang ini semuanya boleh bermimpi nah ini yang ibu bapak tampaknya bisa mengawali diskusi," tambah Fathul.***