Kedatangan gempa besar tersebut, kata Dwikorita, tidak bisa dipastikan kapan terjadinya. Namun, hal itu tidak perlu ditanggapi dengan kepanikan.
Menurut dia, segera mempersiapkan bangunan yang cukup kuat terhadap gempa.
"Gempa ini merupakan alarm untuk kita segera menyiapkan aspek keselamatan bangunan dan evakuasi apabila skenario terburuk terjadi," kata mantan Rektor UGM itu.
Baca Juga: Polisi Israel Bentrok dengan Warga Palestina di Halaman Masjid Al-Aqsa Usai Gencatan Senjata
Sebelumnya, gempa di tenggara Kabupaten Blitar, Jawa Timur, pada hari Jumat pukul 19.09 WIB terjadi akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam Lempeng Eurasia," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
BMKG semula menyatakan gempa yang pusatnya berada di laut sekitar 57 kilometer arah tenggara Kabupaten Blitar di kedalaman 110 kilometer itu magnitudonya 6,2.
Namun, kemudian memutakhirkannya menjadi 5,9. Menurut hasil monitoring BMKG, hingga pukul 20.00 WIB terjadi dua kali gempa bumi susulan dengan magnitudo 3,1 dan 2,9 setelah gempa dengan magnitudo 5,9 di Blitar. ***