Ganjar Tampil di Tayangan Azan TV, PKS Sebut Sebagai Politik Identitas

12 September 2023, 18:36 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menyanggah tudingan PKS bahwa Ganjar Pranowo memainkan politik identitas melalui tayangan azan di TV Swasta /ANTARA FOTO /Muhammad Adimaja/spt/

PORTAL JOGJA - Setelah munculnya tayangan azan yang menampilkan Ganjar Pranowo sebagai pemeran orang yang berwudlu dan mengikuti shalat pada sebuah stasiun televisi mulai 5 September 2023, Partai Kesejahteraan Sosial (PKS) menyebutnya sebagai bentuk politik identitas.

Pernyataan ini memancing komentar dari berbagai pihak. Sebagian besar dari komentar itu memperbolehkan bahkan membela bakal calon presiden (bacapres) Ganjar Pranowo.

"Iya (politik identitas) senjata makan tuan. Selama ini narasi politik identitas selalu digaungkan oleh PDIP untuk menyerang PKS dan Anies, dan akhirnya PDIP juga terjebak dengan politik identitas," kata Juru Bicara (Jubir) PKS Muhammad Iqbal seperti dikutip dari ANTARA.

Iqbal kemudian menerangkan memang sebetulnya tidak ada yang salah dengan identitas dan politik. Ini menjadi salah, ketika identitas itu dipakai untuk mendapatkan suara dan untuk membangun citra.

Baca Juga: 10 Kebutuhan Penting Mahasiswa Perantau yang Harus Dimiliki

Tanggapan PDIP dan Perindo

Menanggapi hal itu, Sekretaris Jendral (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyanggah apa yang dilakukan mantan Gubernur Jawa Tengah itu sebagai politik identitas, melainkan wujud spiritualitas semata.

"Bukan ( politik identitas) karena dari sisi Pak Ganjar Pranowo merupakan sosok yang religius, religiusnya tidak dibuat-buat," ucap pria kelahiran Yogyakarta ini.

Hasto juga menyebut isu politik identitas yang ditujukan kepada bacapres partainya ini usai muncul dalam video azan hanya diungkapkan oleh orang-orang yang tidak memiliki prestasi.

" Ya, politik identitas itu disampaikan oleh orang-orang yang tidak punya rekam jejak prestasi," kata Hasto di kantor DPP PDIP Provinsi Banten Kota Serang, Banten Minggu 10 September 2023.

Baca Juga: Mengenal Weton, Warisan Budaya dan Kepercayaan Jawa

Senada dengan Hasto, Ketua DPP Partai Perindo Yusuf Lakaseng menganggap isu politik identas tadi merupakan tuduhan sumir lawan politik. Ia menambahkan bahwa sosok Ganjar di tayangan azan itu terlihat biasa. 

"Itu tuduhan Sumir lawan politik saja. Ditayangan itu Ganjar terlihat netral, tidak ada unsur politik sama sekali apalagi kampanye," kata sosok yang biasa dipanggil Yusuf ini.

Tanggapan Pemuka Agama dan Pengamat

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Jawa Tengah Tafsir justru menganggap video azan ini merupakan salah satu bentuk kreativitas yang positif. Tafsir malah mengajak masyarakat tidak memperdebatkan tayangan tersebut. Ini karena masing-masing calon presiden mempunyai hak yang sama untuk berkreativitas, namun berbeda dalam ekseskusinya saja.

"Khan banyak, televisi yang lain. Televisi yang lain itu kan juga punya video adzan. Ini soal kreativitas, siapa yang lebih dahulu, sehingga tidak perlu protes. Cuma mungkin sudah tidak akan menarik karena sudah didahului RCTI lewat pak Ganjar," ujarnya.

Baca Juga: Berkebun di Lahan Sempit Perkotaan, Solusi Hasilkan Oksigen dan Makanan Segar

Ia juga berpesan agar masyarakat tidak menjadi reaktif karenanya. Lebih baik ditanggapi dengan adu kreatifitas dan ide tanpa menyakiti atau menyinggung pihak lain.

"Tolong dijawab dengan kreatif, jangan dengan reaktif. Adu kreatif adu gagasan. Siapa yang paling kreatif, siapa yang paling cepat. Yang penting tidak menafikan dan menjelekkan yang lain. Silakan calonnya dijunjung setinggi langit, tanpa menjatuhkan calon lain," katanya.

Salah satu ahli komunikasi Universitas Airlangga sekaligus ketua Asosiasi Komunikolog Indonesia Suko Widodo menyebut tidak masalah dari sisi peraturan terkait tayangan yang disebut beberapa pihak sebagai politik identitas itu. Apalagi saat ini belum terdaftar sebagai capres.

Baca Juga: Koalisi Pendukung Anies - Muhaimin Jadi Koalisi Perubahan, PKB dan Nasdem Segera Kunjungi PKS

"Dari sisi peraturan perundangan tak ada yang dilanggar. Ini kan bukan masa kampanye. Terdaftar di KPU sebagai calon presiden, juga belum Di dalamnya pun tak ada bahan kampanye apapun. Saya bingung di mana letak kontroversinya," tutur Suko di di Surabaya Senin 11 September 2023 yang lalu.

Pengamat lainnya yang merupakan peneliti komunikasi politik pada Institut Salemba School Efendi Gazali menyebut isu tersebut sah-sah saja menggelinding jadi diskusi publik. Walaupun bila dikaji, tidak ada aspek apapun yang dilanggar. Bahkan ajakannya lebih ke arah positif.

"Apalagi kalau mau ditiru, kesannya jadi tidak kreatif. Di sisi peraturan, pasti tak ada aspek apapun yang dilanggar. Ajakannya juga ke arah yang positif," katanya.

Effendi juga menyodorkan ide apabila ingin lebih terasa mengayomi bisa dibuat variasi adzan dengan beberapa wajah tokoh nasional.

" Jadi terkesan tidak hanya satu figur," katanya sekaligus membuka alasannya.

Baca Juga: Hasil Liga 2 : Laskar Mataram Kalah Tipis 2-3 dari FC Bekasi City

Ide Effendi Gazali ini lebih diperkuat ahli komunikasi Universitas Hasanuddin Hasrullah Menurutnya untuk menambah keragaman, bisa saja ditambahkan wajah para ulama lain atau beberapa tokoh dari kawasan Timur Indonesia.

"Sehingga lanskapnya lengkap seluruh Indonesia," kata Hasrullah.

Hasrullah mengajak agar semua tokoh nasional membuat cara-cara komunikasi yang lebih kreatif, daripada meributkan sesuatu yang ajakan yang sebenarnya bernilai positif.***

Editor: Chandra Adi N

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler