PBB Sebut 2.000 Anak Tewas dalam Pertempuran Melawan Pemerintah Yaman

- 31 Januari 2022, 11:47 WIB
Kota Sanaa di Yaman. PBB melaporkan, hampir 2.000 anak tewas setelah direkrut pemberontak Houthi.
Kota Sanaa di Yaman. PBB melaporkan, hampir 2.000 anak tewas setelah direkrut pemberontak Houthi. /Foto : Pixabay/aboali777/

PORTAL JOGJA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan, hampir 2.000 anak yang direkrut oleh pemberontak Houthi di Yaman telah tewas di medan perang. Anak-anak yang tewas itu berusia antara 10 hingga 17 tahun.

Dilansir dari Al Jazeera, anak-anak tersebut direkrut dan dibujuk untk melawan pemerintah Yaman yang resmi atau yang diakui secara internasional. Pemberontak Houthi menyebarkan ideologi perlawanan mereka melalui kamp musim panas dan masjid dalam merekrut anak-anak.

Dalam laporan tahunan yang dirilis hari Sabtu 29 Januari 2022 lalu, Dewan Keamanan PBB menyebutkan, anak-anak diinstruksikan untuk meneriakkan slogan Houthi yaitu matilah Amerika, matilah Israel, kutuk orang-orang Yahudi, kemenangan bagi Islam.

Baca Juga: Info Stok Darah UDD PMI DIY Hari Ini Senin 31 Januari 2022, Komponen Trombosit Kosong di 3 Kabupaten

Bahkan, anak-anak berusia7  tahun telah diajari membersihkan senjata dan cara untuk menghindari roket.

Panel ahli Dewan Keamanan PBB mengatakan menerima daftar 1.406 anak-anak yang direkrut oleh Houthi yang tewas di medan perang pada tahun 2020, dan 562 tentara anak yang terbunuh antara Januari dan Mei 2021.

Anak-anak ini sebagian besar terbunuh di Amran, Dhamar, Hajjah, Hodeidah, Ibb, Saada dan Sanaa Yaman.  

Para ahli mengecam penggunaan tentara anak dalam konflik yang telah berlangsung selama tujuh tahun dan meminta semua pihak untuk menahan diri dari menggunakan sekolah kamp musim panas dan masjid untuk merekrut anak-anak.

Baca Juga: Kasus Omicron di DKI Jakarta Tembus 2.892 Pasien, Sebagian Besar Merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri

Laporan DK PBB itu juga mengungkap bahwa pemberontak Houthi mendapatkan pasokan system senjata dari perusahaan-perusahaan di Eropa dan Asia, dengan menggunakan jaringan perantara untuk mengaburkan indentitas rantai pasokan.

Halaman:

Editor: Siti Baruni

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah