Pemilihan Gurnah untuk penghargaan tertinggi dalam sastra menurut Olsson datang pada saat ketegangan global seputar migrasi, ketika jutaan orang melarikan diri dari kekerasan dan kemiskinan di tempat-tempat seperti Suriah, Afghanistan dan Amerika Tengah.
Gurnah sendiri sempat tak mempercayai bahwa dirinya memenangkan Nobel Sastra. "Itu benar-benar kejutan sehingga saya benar-benar harus menunggu sampai saya mendengarnya diumumkan sebelum saya bisa mempercayainya," aku Gurnah seperti dikutip Reuters.
Meskipun bahasa Swahili adalah bahasa pertamanya, bahasa Inggris menjadi alat sastra Gurnah ketika ia mulai menulis saat berusia 21 tahun.***