Network
PORTAL JOGJA - Nadia Nadim adalah seorang pemain sepak bola berusia 33 tahun yang bermain untuk tim nasional Denmark. Namun Nadia Nadim bukanlah seorang pesepakbola biasa.
Ada kenangan tragis dibalik keberhasilan Nadia Nadim yang bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang. Nadia Nadim saat ini dianggap sebagai salah satu pemain sepak bola paling berpengaruh, terutama setelah ia memenangkan gelar liga Prancis di musim 2020-21 bersama Paris Saint-Germain.
Namun masa kecil Nadia Nadim diwarnai oleh trauma yang memilukan. Nadim lahir pada 2 Januari 1988, di Herat, Afghanistan. Dia baru berusia 11 tahun ketika Taliban membunuh ayahnya, yang pernah menjadi jenderal di tentara Afghanistan, menurut The Independent.
Seperti dilansir dari NDTV bersama ibu dan empat saudara perempuannya, Nadia Nadim melarikan diri dari Afghanistan ke Pakistan dengan paspor palsu, dimana mereka hendak menuju ke kerabatnya di Eropa.
"Kami berencana untuk melarikan diri ke London, di mana kami memiliki beberapa kerabat, dan dengan paspor palsu kami datang ke Italia melalui Pakistan," tulis Nadia di situsnya.
"Dari sana, saya dan seluruh keluarga saya naik truk, mengira kami sedang menuju London. Setelah beberapa hari, kami semua turun dari truk, berharap untuk melihat Big Ben. Kami tidak melihatnya. Yang kami lihat hanyalah pepohonan. Kami bertanya kepada seorang pejalan kaki dan menemukan bahwa bus telah menurunkan kami di Denmark," katanya.
Denmark adalah negara yang menjadi rumah bagi Nadia dan keluarganya, dan di sinilah dia memulai karirnya bermain untuk klub B52 Aalborg.
Pada tahun 2009, Nadia Nadim melakukan debutnya untuk tim nasional Denmark di Piala Algarve dan sejak itu mendapatkan reputasi sebagai pencetak gol yang produktif yang telah membantu timnya meraih beberapa kemenangan.
Baca Juga: Woww!! Lionel Messi Menginap di Hotel Mewah Paris dengan Tarif Rp 338 Juta per Malam
