Aung San Suu Kyi Hari Ini Muncul Perdana Sejak Dikudeta 1 Februari Silam

- 24 Mei 2021, 17:08 WIB
Pendukung Aung San Suu Kyi menyuarakan kerinduan sosok dan kepemimpinan perempuan 75 tahun tersebut.
Pendukung Aung San Suu Kyi menyuarakan kerinduan sosok dan kepemimpinan perempuan 75 tahun tersebut. /- Foto : tangkapan layar Instagram @paryamimon/

PORTAL JOGJA – Peraih Nobel Perdamaian tahun 1991 Aung San Suu Kyi hari ini Senin 24 Mei 2021 menghadiri sidang pengadilan. Ini merupakan kemunculan perdananya sejak pemerintahannya dikudeta oleh militer pada 1 Februari 2021 silam.

Dilansir dari Reuters, meski ditahan selama hampir empat bulan, namun Suu Kyi terlihat dalam keadaan sehat. Sebelum menjalani persidangan, Suu Kyi berkesempatan bertemu dengan tim kuasa hukumnya selama 30 menit.

Ketua tim hukumnya Khin Maung Zaw seperti ditulis Reuters menyebutkan, selama masa penahanan di bawah tahanan rumah di Naypyidaw, Suu Kyi tidak memiliki akses untuk mengikuti informasi melalui surat kabar.

Baca Juga: Fantastis! Sepasang Melon Premium Hokkaido Jepang Terjual Rp355,8 Juta

Suu Kyi yang kini berusia 75 tahun itu harus menghadapi dakwaan antara lain memiliki alat komunikasi walkie-talkie secara ilegal hingga melanggar undang-undang rahasia negara, yang dapat dihukum 14 tahun penjara. Bahkan Suu Kyi juga didakwa melanggar pembatasan virus corona selama kampanye pemilu tahun lalu

Meski begitu Suu Kyi menurut kuasa hukumnya, selain menyatakan “mendoakan masyarakat yang sehat” berusaha meyakinkan orang-orang bahwa NLD akan terus berlanjut. "Dia mengatakan partai itu dibentuk untuk rakyat, jadi akan tetap ada selama rakyat ada," kata pengacaranya.   

Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara mengambil alih kekuasaan. Protes harian, pawai dan pemogokan nasional terus menerus menggoyang kepemimpinan junta.  Namun junta militer dikabarkan menanggapi rangkaian protes dengan kekuatan mematikan.

Baca Juga: Kasus Kematian Akibat Covid-19 India Lampaui 300 Ribu Jiwa Menyusul 4.454 Kematian dalam 24 Jam Terakhir

Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik menyebutkan, pihak Junta telah menewaskan lebih dari 800 orang. Namun, seperti ditulis Reuters, pemimpin junta Min Aung Hlaing membantah dan menyebutkan bahwa jumlah korban sebenarnya sekitar 300 orang dan sebanyak 47 polisi juga telah tewas.***

Editor: Siti Baruni

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah