Bangsal Siti Hinggil Keraton Yogyakarta, Tempat Soekarno Dilantik Sebagai Presiden RIS

- 8 Maret 2023, 11:49 WIB
Bangsal Siti Hinggil Ler Keraton Yogyakarta. Tempat pelantikan Soekarno sebagai Presiden RIS.
Bangsal Siti Hinggil Ler Keraton Yogyakarta. Tempat pelantikan Soekarno sebagai Presiden RIS. /FB /@Kraton Jogja/

Acara penobatan raja di Manguntur Tangkil sedangkan di Bangsal Witana untuk menempatkan berbagai atribut atau pusaka kerajaan sebagai lambang legitimasi raja yang akan naik tahta, antara lain tombak Kyai Ageng Plered, Kyai Baru, Kyai Gada Tapan, dan Kyai Gada Wahana.

Pusaka dalem biasanya dikeluarkan saat ada upacara sakral atau penobatan seorang Sultan ataupun Grebeg Maulud. Jadi, ketika seorang Sultan duduk di singgasananya menghadap ke utara, maka pusaka dalem berada di belakangnya.

Meskipun Bangsal Siti Hinggil diperuntukan khusus tempat penobatan raja atau acara besar Kesultanan Yogyakarta. Namun, pada kenyataannya tempat tersebut pernah dipergunakan untuk melantik seorang presiden di negara yang baru terbentuk.

Pada perjalanan sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. Keberadaan Bangsal Siti Hinggil berperan penting bagi lahirnya pemerintahan negara baru tersebut. Siti Hinggil digunakan untuk pelantikan Ir Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS).

Baca Juga: Jokowi Soal Kebakaran Plumpang : Harus Diaudit Soal Tempat Berbahaya

Prosesi pelantikan Presiden RIS, digelar 17 Desember 1949. Sumpah jabatan dilakukan di bangsal Manguntur Tangkil dengan berdiri di atas batu Selo Gilang. Soekarno disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung Mr Kusumaatmadja. Turut menyaksikan, Mohammad Hatta dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Di bangsal ini pula, pada 7 Maret 1989, BRM Herjuno Darpito yang telah bergelar KGPH Mangkubumi dinobatkan sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Di kompleks yang kini menjadi bangunan cagar budaya (BCB), juga pernah dipakai untuk peresmian berdirinya perguruan tinggi nasional pertama di Indonesia yakni Universitas Gadjah Mada pada 19 Desember 1949.

Bangsal ini merupakan lokasi yang paling terbuka untuk dikunjungi wisatawan. Berbeda dengan bangsal sakral lainnya, misalnya Bangsal kencono yang memang agak tertutup.

Pengunjung dapat melihat megahnya Bangsal Pagelaran, Bangsal Siti Hinggil dan berbagai benda koleksi keraton lainnya yang tersimpan di sekitaran bangsal tersebut.

Halaman:

Editor: Chandra Adi N

Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x