Produksi Cabai di Sleman Sampai Bulan Puasa dan Idul Fitri Diperkirakan Sebesar 350 Ton

- 1 Maret 2023, 21:35 WIB
Produksi cabai Sleman tersebar di 17 kapanewon dengan daerah sentra produksinya berada di Kapanewon Ngaglik, Pakem, Ngemplak, Turi, Sleman dan Tempel.
Produksi cabai Sleman tersebar di 17 kapanewon dengan daerah sentra produksinya berada di Kapanewon Ngaglik, Pakem, Ngemplak, Turi, Sleman dan Tempel. /istimewa/

PORTAL JOGJA - Kabupaten Sleman sebagai salah satu sentra produksi cabai nasional, pada tahun 2022 berhasil memproduksi 11.406,6 ton atau naik sebesar 14,947% dari produksi cabai tahun 2021 yang mencapai 9.923,3 ton.

Produksi cabai tersebar di 17 kapanewon dengan daerah sentra produksinya berada di Kapanewon Ngaglik, Pakem, Ngemplak, Turi, Sleman dan Tempel.

Jenis cabai yang berkembang di Kabupaten Sleman adalah cabai rawit dan cabai keriting. Berdasarkan data produksi tahun 2022 tersebut, komposisi cabai rawit mencapai 6.509,3 ton (57,07%) dan cabai keriting sebesar 4.897,3 ton (42,93%).

Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DPPP) Kabupaten Sleman Suparmono mengatakan produksi cabai di Kabupaten Sleman cenderung stabil sebagai dampak dari penerapan pola tanam.

Baca Juga: Wood Bending: Teknik Baru Membentuk Lengkung dalam Pembuatan Mebel

“Cabai di Kabupaten Sleman relative aman sepanjang tahun, rata-rata per bulan ada lahan cabai 300 ha. Adanya pasar lelang dan titik kumpul dirasa sangat bermanfaat bagi petani cabai,” ujar Suparmono, Selasa (28/2/2023).

Suparmono menjelaskan, data dari Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa perkiraan produksi cabai rawit di bulan puasa sampai Idul Fitri sebesar 350 ton.

Sedangkan cabai besar termasuk cabai keriting mencapai 542 ton, yang sudah melebihi konsumsi Sleman. Prediksi ini didasari luas tanam di bulan November-Desember 2022.

Selain itu, keberadaan pasar lelang dan titik kumpul cabai berperan penting bagi petani dalam meningkatkan posisi tawar.

“Di titik kumpul ini, ada sekitar lebih dari 1 ton cabai per hari, jika diambil rata-ratanya. Perkiraan saya, di bulan puasa dan mendekati idul fitri, bisa lebih dari 2 ton per hari. Itu baru 1 titik kumpul, belum termasuk titik kumpul yang lain,” jelas Suparmono.

Suparmono menuturkan bahwa titik kumpul ini adalah tempat singgah sementara untuk cabai sebelum dikirim ke pembeli yang sudah memenangi lelang. Cabai hasil lelang rata-rata dikirim ke beberapa pasar induk di Jakarta.

“Titik kumpul ini menaungi hasil panen dari 3.000 petani lebih, dengan rata-rata lahan 500-1.000 m2.” imbuhnya.

Dalam rangka mendukung ketersediaan produksi cabai, di tahun 2023 ini Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman melaksanakan 30 kali Sekolah Lapang Budidaya Cabai dimana dalam setiap pelaksanaan dikembangkan 1,25 ha lahan cabai.

“Tujuan dari pelaksanaan sekolah lapang ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani sejak dari proses produksi hingga pemasaran hasil,” ujar Suparmono lagi.

Baca Juga: Gelar Patroli Kawal Hak Pilih, Pastikan Tak Ada Lagi Pemilih Yang Tak Masuk Daftar Pemilih

Cara penanggulangan hama dan penyakit tanaman menjadi bagian materi yang sangat penting pada Sekolah Lapang yang dilaksanakan. Menurut Suparmono, pengendalian hama dan penyakit ini akan lebih efektif dan efisien apabila dilaksanakan sedini mungkin diantaranya dimulai dengan pengolahan tanah yang baik dan benar.

“Sumber serangan hama dan penyakit pada tanaman cenderung ditimbulkan dari dalam tanah, sehingga penyiapan lahan yang tepat diharapkan mampu meminimalisir serangan organisme pengganggu tanaman,” tukasnya.***

Editor: Chandra Adi N


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah