PORTAL JOGJA - Pasca luncuran awan panas pada tanggal 27 Januari 2021 lalu, pertumbuhan kubah lava Gunung Merapi saat ini masih terjadi.
Namun pertumbuhannya relatif kecil. Potensi lava pijar dan awan panas masih tinggi. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan terjadi pengurangan volume kubah lava setelah terjadi awan panas guguran pada 27 Januari lalu.
Baca Juga: Senior Demokrat Menilai Pernyataan AHY Soal Kudeta Ketua Umum Kurang Tepat
Baca Juga: Gantian Mahfud MD, Namanya Ikut Disebut Merestui Moeldoko Kudeta Demokrat dari AHY,
"Pertumbuhan kubah lava kemarin sekitar 5.000 meter kubik per hari. Ini di bawah rata-rata Merapi, karena rata-rata Merapi 20.000 meter kubik per hari," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida. di Pos Babadan Kabupaten Magelang, Selasa 2 Februari 2021.
Ia menyampaikan hal tersebut saat mengunjungi Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan di Kecamatan Dukun, bersama Deputi Bidang Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan.
Baca Juga: BTS Lelang Kostum Di Video Dynamite, Terjual dengan Harga Fantastis
Menurut Hanik, lava pijar masih terjadi, namun potensi bahayanya kecil. Arah guguran ke arah selatan dan barat daya, yakni Kali Boyong, Krasak, Putih, dan Bebeng dengan jarak potensi 5 kilometer.
"Status aktivitas Merapi pun juga belum berubah, yakni Siaga karena ancaman terhadap penduduk juga belum ada. Kalau menentukan status normal, waspada, siaga, dan awas itu berdasarkan potensi ancamannya terhadap penduduk seperti apa, ini yang kami gunakan sebagai patokan untuk menaikkan status," kata Hanik dikutip Portal Jogja dari Antara.
Menurut Hanik ancaman letusan eksplosif sudah menurun, karena Merapi sudah kembali pada fase erupsi normal seperti ciri khas sebelumnya, yakni tumbuh kubah lava kemudian ada lava pijar, dan ada awan panas.