75 Tahun Yogyakarta Jadi Ibu Kota Republik Indoneia Diperingati Hari Ini

- 4 Januari 2021, 18:39 WIB
Yogyakarta ibu kota Republik Indonesia
Yogyakarta ibu kota Republik Indonesia /Bagus Kurniawan/Sekber Keistimewaan DIY/Portaljogja.com

PORTAL JOGJA - Pasca Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 di Jakarta, pemerintahan berpindah ke Yogyakarta. Yogyakarta kemudian dikenal sebagai ibu kota Republik Indonesia.

Perpindahan ibu kota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta terjadi setelah 6 bulan berdiri. Tepatnya 4 Januari 1946, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta bersama keluarga berpindah ke Yogyakarta.

Salah satu alasannya waktu itu kondisi Jakarta yang tidak aman dan masih banyak gangguan keamanan.

Baca Juga: Jadwal SNMPTN dan SBMPTN 2021 Dimulai Hari Ini, Berikut Jadwal Pendaftaran

Baca Juga: Gejala Baru Covid-19, Parosmia, Kenali Tanda-tanda Ini

Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buowno IX atau Sultan HB IX dan Paku Alam VIII menawarkan kepada Soekarno dan Hatta untuk pindah ke Yogyakarta.

Soekarno-Hatta bersama keluarganya kemudian memutuskan pindah ke Yogyakarta. Mereka ke Yogyakarta menggunakan kereta api. Setelah itu pemerintahan RI pindah ke Yogyakarta, Semua menteri juga ikut berpindah.

Setelah itu Yogyakarta menjadi ibukoa Republik Indonesia.

Peristiwa bersejarah kepindahan ibukota RI dari Jakarta ke Yogyakarta pada 4 Januari 1946 silam akan diperingati oleh Paniradya Kaistimewan DIY.

Baca Juga: Misteri Kacang Hijau dari Habib Jafar Al Kaff Diberikan Ganjar dan mahfud MD untuk Disebar di Rumah

Baca Juga: Jadwal Acara ANTV Hari Ini, Senin 4 Januari 2021, Tayang Perdana Ada Sinetron Baru Aku Bukan Dia

Acara diisi pemutaran video dokumenter, talk show dan pentas sendraswara. Masyarakat luas dapat menyaksikan secara live streaming pada Senin 4 Januari 2021 pukul 19.00 WIB. Acara live streaming https://youtube.com/c/PaniradyaKaistimewan. 

Koordinator Sekber Keistimewaan DIY, Widihasto dalam siaran persnya mengungkapkan acara pemutaran video dokumenter berisikan narasi sejarah kepindahan ibukota RI ke Yogyakarta dilanjutkan talk show sejumlah narasumber yakni kepala Paniradya Kaistimewan Aris Eko Nugroho, S.P, M.Si, Penghageng Dworopuro Kasultanan Ngayogyakarta KRT. Jatiningrat, Penghageng Kawedanan Budaya lan Pariwisata Kadipaten Pakualaman KPH Indrokusumodan guru besar UGM Prof. Djoko Suryo. 

Puncak acara kata Widihasto akan disuguhkan pentas sendraswara bertajuk "Uruping Greget Merdika". Sebanyak 50 orang pelajar mulai usia SD hingga SMA berkolaborasi mementaskan drama musikal Yogya Kota Republik sembari memainkan karawitan.

Baca Juga: Hendropiriyono Sampaikan Kabar Duka untuk Indonesia, Semoga Ditempatkan di Sisi Terbaik

Baca Juga: BTS Jungkook Beli Rumah di Itaewon, Harganya Bikin Melongo

"Sendraswara adalah besutan anyar Pardiman Joyonegoro dan tim Omah Cangkem," katanya. 

Hasto panggilan akrabnya itu memamaprkan peristiwa kepindahan ibukota RI dari Jakarta ke Yogyakarta mulai 4 Januari 1946 hingga 28 Desember 1949. Hal itu menjadi bukti nyata bahwa peran Yogyakarta sangatlah besar bagi keselamatan sekaligus tegaknya eksistensi NKRI.

Jika saat itu pemimpin Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Adipati Pakualam VIII tidak berinisiatif menawarkan Yogyakarta sebagai ibukota sangat besar kemungkinan perjalanan sejarah bangsa Indonesia menjadi berbeda. 

Tak hanya memberikan tempat lanjut Hasto, Sultan dan Pakualam juga menanggung semua kebutuhan operasional para pemimpin negara, para menteri termasuk keluarganya.

Baca Juga: 62.560 Dosis Vaksin Covid-19 Sudah Tiba di Jawa Tengah, Rencana Vaksinasi 14 Januari 2021

Dalam suatu kesempatan di Menumbing Bangka akhir Mei 1949 Sultan bahkan menyerahkan selembar cek senilai 6 juta Gulden kepada Soekarno sekedar sebagai biaya memulai kembali pemerintahan RI. Satu jumlah yang teramat besar untuk zaman itu.

Menurutnya pada saat menginjakkan kaki di Yogyakarta, presiden bersama ibu Fatmawati, wakil presiden bersama ibu Rahmi Hatta dan keluarga serta sejumlah staff ditampung sementara waktu di Puro Pakualaman selama 7 pekan sembari menunggu perbaikan Istana Negara Gedung Agung sepeninggal Jepang.

Di Puro Pakualaman dwi tunggal menempati kamar bersebelahan yang dipisahkan kamar tamu. Ruangan keduanya disebut Gedung Parangkarso. Semua perabotan yang dipakai seperti ranjang, almari, meja kursi, wastafel bahkan toilet duduk masih terpelihara dengan baik. 

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Senin 4 Januari 2021: Andin Tak Harapkan Lagi Kata Sayang dari Aldebaran?

Saat Yogyakarta menjadi ibukota RI terjadi banyak peristiwa yang menentukan jalannya sejarah bangsa Indonesia. Mulai dari agresi militer ll Belanda, perang gerilya yang dilakukan oleh Panglima Besar Jendral Sudirman, perundingan-perundingan yang ditengahi Komisi Tiga Negara, Serangan Umum 1 Maret 1949.

Selanjutnya adalah penarikan mundur pasukan Belanda atau yang kemudian dikenal dengan peristiwa Yogya Kembali, Proklamasi Kedua oleh Sri Sultan HB IX pada 30 Juni 1949, pelantikan Soekarno sebagai presiden RIS di Siti Hinggi hingga lahirnya universitas tertua UGM di Keraton.***

Editor: Bagus Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah