Musim Hujan, Warga Dusun di Gunung Kidul Ini Tetap Kesulitan Air

- 9 Desember 2020, 12:45 WIB
Sejumlah warga tengah mengambil air di satu-satunya sumur terdekat yang berjarak 1 kilometer dari Dusun Kayoman, Desa Serut, Kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul yang selalu kesulitan air meski saat musim hujan di Gedangsari Gunungkidul
Sejumlah warga tengah mengambil air di satu-satunya sumur terdekat yang berjarak 1 kilometer dari Dusun Kayoman, Desa Serut, Kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul yang selalu kesulitan air meski saat musim hujan di Gedangsari Gunungkidul /Bagus Kurniawan/(ACT DIY/portaljogja.com)

PORTAL JOGJA - Tak selamanya musim hujan selalu menghasilkan air yang melimpah ruah. Hal ini lah yang dialami warga di Dusun Kayoman, Desa Serut, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul yang justru tetap sulit untuk mendapatkan air. Ya, kesulitan air khususnya air bersih menjadi kisah kehidupan warga yang tinggal di dusun ini setiap harinya.

Kondisi tak mengenakan ini ternyata sudah terjadi selama berpuluh-puluh tahun dialami warga setempat. Penyebabnya adalah karena di dusun tersebut tidak mempunyai sumur yang cukup dalam untuk menampung air baik saat kemarau, terlebih kala musim penghujan datang seperti saat ini.

Kondisi tersebut seperti yang diceritakan Sisri, warga setempat. Wanita berusia sekitar 55 tahun ini sudah lebih 50 tahun tinggal di Dusun Kayoman. Setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, Sisri rela mengambil air bolak balik sebanyak 5-6 kali sehari berbekal derigen dan gentong menuuju satu-satunya sumber air bersih terdekat.

Baca Juga: Positif Covid-19, dr. Tirta Sebut Sandiaga Uno Kelelahan jadi Penyebab

Lebih tragis lagi ketika musim kemarau, sumur galian satu-satunya yang terletak di sendang setempat sudah pasti juga mengering. Akhirnya berbodong-bondong warga harus mengambil air di sumur sendang lain yang jauhnya 1 kilometer.

“Itu pun kami lalui dengan berjalan kaki bahkan harus mengantri dari jam 02.00 sampai 03.00 WIB dinihari,” imbuh Sisri, Rabu, 9 Desember 2020..

Warga lainnya, Tugiyo namanya. Dia adalah seorang buruh tidak tetap yang juga lahir dan tinggal di Dusun Kayoman tersebut. Tugiyo bercerita, biasanya kalau sudah sulit air, dia akan mengantri dari jam 02.00 WIB dinihari untuk mengantri mendapatkan air untuk diisi dijerigen yang dibawanya.

“Ya sebenarnya juga takut, tapi namanya juga kami butuh air, namanya malam gelap, takut ada apa-apa, tahu-tahu ada ular atau apa kan gak kelihatan,”cerita Tugiyo.

Baca Juga: Ini Tips Mudah Menanam Keladi bagi Pemula, Tanaman yang Banyak Diminati dan Menguntungkan

Alternatif lain, lanjut Tugiyo, sebenarnya ada untuk memenuhui kebutuhan air bersih warga Kayoman. Caranya yaitu dengan membeli air dari truk tangki yang biasa melintas di daerah tersebut. Namun lagi-lagi lantaran rata-rata ekonomi warga adalah masyarakat prasejahtera, maka membeli air dengan harga Rp300.000 per tangki, merupakan harga yang tidak bisa dijangkau warga.

Halaman:

Editor: Bagus Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah