Indonesia Datangkan Pesawat Tempur Rafale dan F-15 Eagle, Peta Geo Australia dan China Bagaimana?

- 19 Februari 2022, 08:12 WIB
Jet tempur Rafale. Indonesia Datangkan Pesawat Tempur Rafale dan F-15 Eagle, Peta Geo Australia dan China Bagaimana?
Jet tempur Rafale. Indonesia Datangkan Pesawat Tempur Rafale dan F-15 Eagle, Peta Geo Australia dan China Bagaimana? /deccanherald.com

PORTAL JOGJA - Perimbangan kekuatan pertahanan udara di kawasan ASEAN bakal berubah di masa depan.

Indonesia dalam hal ini TNI AU telah melakukan modernisasi Alutsista secara bertahap.

Hal ini dilakukan untuk menjaga kedaulatan NKRI dari Sabang sampai Merauke dengan ribuan pulau itu.

Indonesia menjadi negara pertama di ASEAN yang menggunakan pesawat tempur Rafale asal Prancis. Sebelum ASEAN lebih banyak mengguakan pesawat buatan Amerika Serikat (AS) dan usia.

Berubahkan kekuatan sektor pertahanan udara di masa depan di ASEAN?

Malaysia melihat langkah Indonesia ini tepat guna. Malaysia akan ketinggalan bila tak segera berbenah diri.

Baca Juga: Indonesia Rafale, F-15 Eagle dan KF-21 Boramae, Jadi Kekuatan Pertahanan Udara Terbesar di ASEAN

"Keseimbangan kekuatan udara di Asia Tenggara dalam beberapa tahun ke depan akan "tidak lagi seimbang" dengan beberapa negara regional (akan) jauh di depan dalam kekuatan angkatan udara mereka sementara "beberapa negara lain" tetap tertinggal.

Saat ini perimbangan kekuatan udara di Asia Tenggara masih relatif seimbang kecuali Singapura yang dua atau tiga langkah di depan negara lain dalam hal "keunggulan militer kualitatif".

Seperti Israel, Washington telah membuat kebijakan untuk membantu sekutu terdekatnya di suatu kawasan mempertahankan keunggulan militer mereka atas negara-negara tetangga lainnya. (yang tidak berhubungan dengannya)

Untuk itu, Amerika Serikat tidak menjual pesawat tempur tercanggihnya, F-35 ke semua negara, tetapi hanya memilih sekutu terdekat karena itu salah satu cara untuk mempertahankan keunggulan militernya atas negara lain yang tidak bersekutu," beber Defence Security Asia.

Apalagi ditambah KF-21 Boramae bakal membuat Indonesia menjadi negara dengan kekuatan militer terbesar di ASEAN pula.

Baca Juga: Jadwal Acara RCTI Sabtu 19 Februari 2022: Sinetron Aku Bukan Wanita Pilihan dan Ikatan Cinta

"Sebagai mitra pengembangan pesawat KF-21, Indonesia akan memproduksi 48 pesawat di dalam negeri.

Dalam beberapa tahun ke depan, TNI AU akan dilengkapi dengan 42 Rafale, 48 KF-21 dan 36 F-15EX (jika negosiasi Jakarta dengan Washington mengenai penjualan pesawat berjalan lancar).

Indonesia sangat ingin menjadi kekuatan udara utama di Asia Tenggara dan sedang berusaha untuk itu," paparnya.

China yang tahu pertumbuhan militer Indonesia lantas mencoba memepet Jakarta.

China mendukung langkah Indonesia membeli Rafale dimana jet tempur itu untuk melawan Australia.

"Banyak pengamat menilai pembelian jet tempur Prancis yang agresif kali ini mungkin ditujukan ke Australia.

Baca Juga: Resep Bistik Ayam Krispi ala Chef Devina Hermawan, Cocok untuk Sajian Akhir Pekan

"Dari hal-hal tersebut di atas, tidak sulit untuk melihat bahwa pembelian pesawat tempur Rafale Prancis oleh Indonesia kemungkinan besar merupakan tanggapan atas bergabungnya Australia dengan kelompok Anglo-Amerika, karena Indonesia secara pribadi telah merasakan potensi ancaman pembangunan kapal selam nuklir atas dasar menjaga persahabatan relatif dengan China," beber media China 163.com, Kamis 17 Februari 2022.

Beijing juga siap menawarkan alutsistanya kepada Indonesia apabila negeri itu membutuhkannya untuk melawan Australia.

"Beberapa analis percaya bahwa begitu Indonesia dan Australia terjebak dalam perlombaan senjata, kemungkinan besar Indonesia akan terus memasok senjata dari Prancis, dan (kemungkinan) China, sebagai mitra sahabat dan negara tetangga, adalah pilihan pertama Indonesia untuk pembelian senjata," lapor 163.com.

Tapi anggapan China ini terbantahkan dari laporan Lowy Institute pada 15 Februari 2022.

Baca Juga: Jadwal Liga 1: Persiraja vs Persebaya dan Persija vs Persik Kediri, Indosiar Sabtu 19 Februari 2022

Menurut Lowy Institute, Australia saat ini tengah melakukan berbagai cara menggaet simpati Indonesia agar mau berpihak kepadanya.

"Australia seharusnya melihat lebih dekat ke rumah, ke satu negara yang berbagi geografi strategis Australia dan yang dapat bertindak sebagai mitra dan pelindung kekuatan besar (Indonesia)," papar Lowy Institute.

Karena Indonesia bisa menghalangi niatan China menyerang Australia.

"Setiap ancaman keamanan ke Australia yang berasal dari China harus melalui Indonesia, yang berarti Jakarta harus menjadi fokus diplomasi keamanannya," jelas Lowy.

Apalagi langkah Indonesia membeli Rafale dianggap brilian.

"Tapi penjelasan yang lebih lugas adalah bahwa Indonesia membeli pesawat tempur senilai US$22 miliar karena bisa. Negara-negara Asia Tenggara telah memodernisasi kekuatan militer mereka jauh sebelum Cina meningkatkan kekuatan militernya, terutama karena seiring dengan pertumbuhan ekonomi mereka, kekayaan pemerintah juga meningkat. Mereka tiba-tiba mampu membeli peralatan militer yang telah lama mereka cari," paparnya.

Baca Juga: Jadwal Acara Trans7 Sabtu 19 Februari 2022: Cuan Bos, Jejak Petualang, dan Ada Show

Australia yakin penguatan militer Indonesia bukan ditujukan kepada dirinya, namun justru untuk melawan China di Natuna Utara.

"Mengapa Indonesia melakukan investasi (pembelian Rafale) ini sekarang? Tempat yang jelas untuk dilihat adalah China, yang kebangkitannya sebagai kekuatan maritim menciptakan komplikasi bagi Indonesia di Laut Cina Selatan,

Untungnya, kedua negara memiliki satu kepentingan utama yang sama, yaitu memastikan bahwa China tidak pernah menjadi kekuatan dominan di maritim Asia Tenggara.

Itu adalah tujuan yang seharusnya membawa mereka ke keselarasan pertahanan yang lebih dekat," paparnya.

Tapi satu hal yang pasti saat China dan Australia berebut simpati Indonesia, negeri ini akan tetap memperkuat militernya untuk menangkal semua ancaman yang datang mengganggu.

Perlu diketahui bahwa pembangunan kuatan militer Tiongkok di kawasan Laut China Selatan (LCS) bisa menjadi ancaman banyak negara termasuk Australia sang negara ASEAN lainnya.

Artikel ini sebelumnya tayang di ZonaJakarta 18 Februari 2022 dengan judul "Efek Pembelian Rafale dan F-15 Eagle II Buat Australia dan China Berebut Simpati Indonesia". ***(Beryl Santoso/ZonaJakarta.com)

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Zona Jakarta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah