Negara Lain Kaget, Indonesia Beli 42 Jet Tempur Rafale Prancis dan 36 esawat Tempur F-15 Eagle

- 18 Februari 2022, 22:16 WIB
Rafale termasuk jet tempur generasi 4,5
Rafale termasuk jet tempur generasi 4,5 //rafale.co.in

PORTAL JOGJA - Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sangat luas dengan ribuan pulau tersebar dari Sabang sampau Merauke.

Kebutuhan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) adalah hal pokok dalam menjaga NKRI.

Kebutuhan pesawat militer hingga pesawat angkut cukup besar. Penting pesawat militer untuk mnjaga NKRI tak bisa ditawarkan lagi

Namun kebutuhan pengadaan Alutsista terutana pesawat militer saat ini tak bisa hanya mengandalkan negara besar seperti Amerika Serikat (AS), Rusia, Prancis dan Inggris saja.

Namun juga haris negara lain untuk memenuhi dukungan Alutsista di masa depan. Oleh karena itu pilihan mencari elasi negara lain yang sudah maju dalam teknologi kedirgantaraan tak bisa di tawar.

Indonesia telah sepakat besar dengan Prancis dengan menandatangani kontrak pembelian pesawat tempur Rafale.

Baca Juga: Cara Terbaik Agar Umur Panjang, Lakukan 5 Hal Ini, Salah Satunya Olahraga dan Kurangi Konsumsi Gula

Kedua, dalam waktu yang hampir bersamaan, Indonesia juga mendapatkan restu dari Amerika Serikat (AS) untuk mengakuisisi F-15 Eagle.

Pemandangan yang tak biasa tersebut lantas membuat banyak media internasional menyoroti Indonesia.

Dilansir dari media AS The Diplomat, Kementerian Pertahanan Indonesia disebut telah membuat dua kontrak besar pembelian jet tempur Barat senilai 22 miliar dolar AS.

Yang pertama adalah kesepakatan senilai 8,1 miliar dolar AS untuk 42 jet tempur ringan bermesin ganda Rafale dari Prancis.

Dan yang kedua senilai 13,9 miliar dolar AS untuk 36 pesawat tempur kelas berat F-15 Eagle dari Amerika Serikat.

Baca Juga: Ramalan Shio Anjing, Babi, Kerbau dan Kambing 19 Februari 2022: Tindakan Anda Hasilkan imbalan Besar Besok

TNI AU saat ini menerjunkan 49 pesawat tempur dalam empat skuadron, menandakan bahwa 78 pesawat baru tersebut tidak hanya akan menggantikan semua pesawat tempur yang beroperasi tetapi juga akan menambah skuadron baru untuk menjaga Indonesia.

Indonesia kini memiliki 33 pesawat tempur ringan F-16 dan F-5, yang diharapkan akan digantikan oleh Rafale. Selain itu ada 16 pesawat tempur Su-27/30 Rusia, yang kemungkinan besar akan digantikan oleh F-15.

Akuisisi Indonesia penting, pertama, untuk skala mereka, dengan pembelian senilai 22 miliar dolar AS jadi jumlah yang luar biasa bahkan untuk importir senjata yang lebih besar seperti Arab Saudi atau Jepang. Dari pembelian ini ada peningkatan besar pengeluaran anggaran pertahanan.

Pada Februari 2018, Kementerian Pertahanan Indonesia telah mengumumkan kontrak senilai 1,1 miliar dolar AS untuk akuisisi 11 pesawat tempur kelas berat Su-35 Rusia, dengan pengiriman diperkirakan akan dimulai pada akhir 2019 dan kemungkinan pembelian tambahan.

Baca Juga: Ramalan Shio Kelinci, Kuda, Monyet dan Ayam 19 Februari 2022: Jangan Merasa Jalani Hidup Tanpa Kesenangan

Namun, intervensi oleh Amerika Serikat, dengan menggunakan Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA), secara efektif terhenti dan kemudian membatalkan kesepakatan.

Dengan hanya Rusia dan Amerika Serikat yang memproduksi pesawat tempur kelas berat untuk ekspor, Indonesia mengubah rencananya untuk akuisisi AS dari F-16 ringan menjadi F-15 berat dan membeli Rafale sebagai pengganti F-16.

Sementara akuisisi baru Indonesia menempatkannya dengan jelas dalam hal menghindari sanksi, hal ini menimbulkan biaya yang sangat besar.

Bahkan Rafale ringan akan diperoleh masing-masing sekitar 193 juta dolar AS, sedangkan F-15 yang lebih berat adalah salah satu pesawat tempur paling mahal yang pernah diekspor dengan harga 386 juta dolar AS masing-masing, dibandingkan dengan hanya 100 juta untuk Su-35 dolar AS.

Keputusan Indonesia menggambarkan potensi ancaman sanksi ekonomi AS, dengan hasil berupa penyediaan pendapatan yang sangat dibutuhkan untuk industri pertahanan Barat, kemampuan pertahanan yang jauh lebih mahal dan bisa dibilang kurang kuat untuk klien, dan penolakan pendapatan untuk industri pertahanan Rusia sebagai bagian dari upaya Barat yang lebih luas untuk melemahkan ekonomi negara.

Artikel ini sebeumnya tayang di ZonaJakarta pada tanggal 18 Februari 2022 dengan judul "Media AS Terpukau Indonesia Beli Rafale dan F-15 Dalam 24 Jam, Tapi Sebut Kasus NKRI Jauh dari Unik, Kenapa?". ***(Nika Wahyu/ZonaJakarta.com)

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Zona Jakarta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah