So you've seen Tom Cruise #Deepfake (took work, good impersonator). But what SHOULD worry us w. #Deepfakes? 1) Women are already being targeted by deepfakes 2) 'Seeing is no longer believing' rhetoric undermines real video. More here from global research: https://t.co/LypU4xHpD8 https://t.co/cLk4qeffp0— Sam Gregory (@SamGregory) February 27, 2021
Deepfakes ditemukan pada tahun 2014 oleh Ian Goodfellow, yang merupakan direktur pembelajaran mesin di Grup Proyek Khusus Apple dan pemimpin di bidangnya.
Kata tersebut berasal dari kolaborasi istilah 'pembelajaran mendalam' dan 'palsu', dan merupakan salah satu bentuk kecerdasan buatan.
Sistem kemudian mempelajari orang yang menjadi target dalam gambar dan video, memungkinkannya untuk menangkap dari berbagai sudut, dan meniru perilaku, serta pola bicara mereka.
Teknologi ini mendapat perhatian selama musim pemilu, karena banyak pengembang khawatir akan menggunakannya untuk merusak reputasi kandidat politik.
Adapun saat ini, deepfakes Tom Cruise tampaknya hanya untuk tujuan hiburan. Video lain yang dibagikan ke akun TikTok memperlihatkan Tom Cruise sedang berada di lapangan golf.
Klip lainnya menunjukkan Cruise berjalan melalui toko pakaian sempat tersandung dan berdiri kembali untuk memberi tahu dunia TikTok, lelucon tentang saat dia bertemu dengan mantan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev.
Deepfake Tom Cruise mungkin membuat publik terhibur, tetapi teknologinya memicu ketakutan para ahli.
Pakar terkemuka Henry Ajder kepada Times of London mengatakan, “Teknologi ini tidak akan hilang, ada juga sejumlah besar kasus penggunaan yang benar-benar negatif dan berbahaya.”
Baca Juga: Bermain Bersama Keanu Reeves, Sandra Bullock Sebut Film 'Speed' Sebagai Pelajaran Akting Terbaik