Peneliti UGM Kembangkan Teknologi Mikroalga untuk Atasi Perubahan Iklim

- 27 Juni 2024, 21:18 WIB
Peluncuran instalasi Microforest 100 diselenggarakan di Masjid Raya Syeikh Zayed Solo Senin (17/6)
Peluncuran instalasi Microforest 100 diselenggarakan di Masjid Raya Syeikh Zayed Solo Senin (17/6) /istimewa/

PORTAL JOGJA - Mikroalga baru-baru ini dikenal dengan kemampuannya menyerap karbon dioksida. CO2 akan diserap dan diproses melalui metabolisme yang melibatkan protein, lemak, dan karbohidrat dalam jumlah besar. Selain itu, mikroalga mudah bertahan hidup di daerah berpolusi, suhu ekstrem, bahkan udara beracun.

Potensi ini tentunya menarik untuk diteliti lebih lanjut agar bisa mengatasi masalah perubahan iklim di dunia. Melihat peluang tersebut, Pusat Studi Energi (PSE) UGM pun berhasil mengembangkan teknologi Microforest 100 berbasis mikroalga ini sebagai bentuk kontribusi terhadap komitmen Net Zero Carbon.

Teknologi ini diinisiasi oleh Guru Besar Teknik Kimia Fakultas Teknik, Prof. Ir. Arief Budiman, D.Eng. dan Dosen Fakultas Biologi Dr. Eko Agus Suyono, M.App.Sc. Keduanya merupakan Peneliti Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUIPT) Microalgae Biorefinery UGM melalui program dana pendamping dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melalui platform Kedaireka tahun anggaran 2022 lalu.

Baca Juga: Turunkan Angka Stunting Pemkab Sleman Luncurkan Rumah Pangan di Margomulyo Seyegan

Kedua peneliti ini telah merancang prototipe Algaetree, yakni teknologi dekarbonisasi untuk mengatasi produksi karbon atau CO2 di udara terbuka. Berkat hasil kerja sama dengan startup PT Algatech Nusantara, prototipe tersebut berhasil dikembangkan menjadi produk bernama Microforest 100. Peluncuran instalasi Microforest 100 ini pun diselenggarakan Senin (17/6) di Masjid Raya Syeikh Zayed Solo. Dalam sesi peluncuran tersebut, Rangga Wishesa, CEO Algatech Nusantara menjelaskan cara kerja Microforest 100.

“Instalasi setinggi dua meter tersebut berfungsi untuk menyerap karbon di udara dengan teknologi fotobioreaktor,” kata Rangga dalam rilis yang dikirim, Kamis (26/6).

Rangga juga menyebutkan, PT Algatech Nusantara menyambut baik bisa bekerja sama mengembangkan prototipe peneliti UGM. Startup tersebut membantu menambahkan beberapa fitur pelengkap seperti pengembangan desain, fabrikasi dan penambahan alat-alat sensor kondisi kultivasi agar Microforest mampu bekerja secara maksimal.

Menurutnya, sistem di dalam Microforest 100 akan menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar, bahkan setara dengan lima pohon dewasa berumur sekitar 15 tahun. Hal ini didasarkan pada kemampuan mikroalga sendiri yang dapat menyerap karbon dioksida 30-50 kali lipat lebih banyak dibanding tanaman terestrial saat ini.

Penempatan pertama Microforest 100 di Masjid Raya Syeikh Zayed dirasa cocok karena tingginya tingkat pengunjung masjid tersebut. Alat ini diletakkan di ruangan terbuka supaya dapat menyerap CO2 yang dihasilkan pengunjung. Direktur Masjid Raya Syeikh Zayed, Munajat, Ph.D, mengatakan masjid bisa saja menjadi salah satu fasilitas publik yang ramai dikunjungi dan menghasilkan banyak emisi karbon. Apalagi, Masjid Raya Syeikh sendiri bisa menerima puluhan ribu pengunjung setiap harinya.

“Peluncuran Microforest 100 ini sekaligus memantau sejauh mana mesin bisa bertahan menyerap karbon untuk nantinya menjadi bahan pengembangan lebih lanjut,” katanya.

Halaman:

Editor: Chandra Adi N


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah