Lustrum: Tradisi Meruwat Kampus yang Berasal dari Romawi Kuno

27 Februari 2023, 20:24 WIB
Ilustrasi - Upacara lustrum yang diadakan Kampus Universitas Semarang (USM). /kampuspedia.id/usm//

PORTAL JOGJA- Dalam dunia perguruan tinggi, kegiatan lustrum atau peringatan lima tahunan tidaklah asing. Umumnya kegiatan lustrum ini selalu disambut antusias. Karena dalam kegiatannya, disamping ada ritual simposium dan seminar, juga terdapat hiburan yang membuat hati senang.

Kegiatan lustrum banyak diadopsi oleh perguruan tinggi di seluruh dunia. Karena dunia sains dan ilmu pengetahuan secara formal banyak dipengaruhi tradisi barat. Sementara tradisi barat banyak mengadopsi tradisi Romawi Kuno.

Lustrum adalah istilah untuk kurun lima tahun di Romawi Kuno. Pada mulanya merupakan kegiatan lustration atau pesucian yaitu sebuah pengorbanan untuk penebusan dosa yang ditawarkan oleh salah seorang pejabat atas nama rakyat Romawi ketika mendekati sensus.

Baca Juga: Ini Dia 6 Spot Surfing Terbaik Kelas Dunia yang Ada di Indonesia 

Lustrum pertama dilakukan oleh Raja Servius pada 566 SM. Setelah menyelesaikan sensusnya itu. Maka sejak itu kegiatan lustrum ini dijadikan rutinan tiap lima tahun sekali.

Kegiatan lustrum inilah yang kemudian diadopsi oleh perguruan tinggi di seluruh dunia. Kegiatan sensus dalam konteks kampus adalah laporan tahunan tentang perkembangan jumlah mahasiswa baru dan mahasiswa yang lulus.

Secara berkala pula, inventaris penunjang kampus atau sarana prasarana juga dihitung seperti jumlah sumber informasi di perpustakaan, komputer, dan server.

Dalam peringatan lima tahunan, pihak panitia biasanya melibatkan para pemangku kepentingan salah satunya adalah alumni.

Bisa dibayangkan jika lustrum kesepuluh misalnya diambil contoh pada Fakultas Ilmu Budaya. Pihak akademik tersebut tentu saja akan menghitung jumlah alumni yang ribuan itu, keberadaan mereka di mana dan apa saja pekerjaan mereka. Sesuai atau tidak dengan bekal yang mereka peroleh dari bangku kuliah.

Dalam kegiatan lustrum, civitas akademika dan pemangku kepentingan lainnya, juga akan melihat hasil pengorbanan yang dipersembahkan alumni kepada almamaternya.

Jarang seorang yang pernah duduk di bangku perguruan tinggi melupakan almamaternya. Karena memang almamater adalah ibu asuh. Seorang ibu asuh yang membekali anak-anak asuhnya dengan bekal pengetahuan dan keterampilan serta budi pekerti sehingga menjadi seorang manusia yang waskita dan mumpuni dalam bidangnya.

Masing-masing pihak telah banyak berkorban dalam proses belajar mengajar yang panjang itu. Walaupun sebenarnya pengorbanannya itu dijalani dengan penuh romantika dan kebanyakan akan menjadi pengalaman atau kenangan yang indah.

Maka dalam peringatan lustrum sering diadakan temu alumni dengan pameran foto kenangan, berziarah ke makam para dosen atau acara nostalgia, pemberian donatur dan lain sebagainya.

 Baca Juga: 12 Persen Pengangguran di Indonesia Didominasi Lulusan Sarjana dan Diploma

Aspek yang menarik dalam peringatan lustrum adalah purification atau ruwatan yang terdapat pada tradisi Jawa. Dalam hal ini memang pelaksanaannya tidak seperti pangruwatan murwakala yang dilakukan oleh seorang dalang khusus ruwatan.

Meruwat kampus di sini bisa dilakukan dengan menindaklanjuti penilaian dalam akreditasi. Meningkatkan pelayanan sehingga almamater dapat mengantar mahasiswa menjadi manusia waskita dan mumpuni.***

Editor: Chandra Adi N

Sumber: mediakampus.co.id

Tags

Terkini

Terpopuler