KPR BTN : Penyambung Impian Masyarakat Indonesia Miliki Rumah

- 7 Februari 2023, 23:39 WIB
Perumahan Mulia Purnama Residence di Kelurahan Sidorejo, Godean merupakan salah satu Perumahan Bersubsidi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Perumahan Mulia Purnama Residence di Kelurahan Sidorejo, Godean merupakan salah satu Perumahan Bersubsidi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). /Lucky Ikhtiar Ramadhan/@portaljogja.com/

PORTALJOGJA - Memiliki rumah adalah salah satu mimpi dan tujuan bagi keluarga. Rumah adalah aset permanen tempat keluarga menyemai kehidupan dan membina, membentuk keluarga dalam waktu yang sangat panjang atau bahkan sepanjang hidup.

Gerimis tipis mengguyur Sleman pada hari minggu lalu. Di sudut Kabupaten Sleman tepatnya di Desa Sidorejo, Godean, Sleman. Saya bertemu teman lama saya, Haryo Wicaksono (28). Ia tinggal di perumahan ini yang merupakan program dari Satu Juta Rumah yang dicanangkan Pemerintah Indonesia sejak beberapa tahun lalu.

Perumahan yang ia tinggal ini bernama Mulia Purnama Residence yang merupakan program rumah bersubsidi di Kabupaten Sleman. Rumah subsidi Pemerintah ini memiliki luas tanah 60-meter persegi dan luas bangunan 27 meter persegi. Lahan perumahan ini sebelumnya adalah bukit kapur di tengah pematang sawah yang kemudian dikembangakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kabupaten Sleman dan pengembang menjadi Perumahan Rumah Bersubsidi.

Baca Juga: Delegasi ATF 2023 Kunjungi Sejumlah Destinasi Wisata di Sleman

Haryo yang menikah pada 2018 telah merencanakan memiliki rumah dengan skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang difasilitasi oleh Bank Tabungan Negara (BTN). Ia lalu mencari pengembang yang ditunjuk Pemerintah membangun rumah bersubsidi dengan skema KPR.

Rumah bersubsidi pada dasarnya diperuntukan bagi masyarakat yang belum memiliki rumah. Syarat-syarat lainnya berupa jumlah penghasilan suami istri yang tidak melebihi batas maksimum, dan persyaratan lain yang bersifat administratif seperti; KTP, Kartu Keluarga, NPWP, dan lainnya.

“Rumah adalah Tabungan buat masa depan nanti,” kata Haryo saat saya temui pada Minggu (5/2) kemarin.

Ia lanjut menceritakan bagaimana proses mendapatkan rumah bersubsidi dan program KPR BTN yang kemudian mempermudah proses kepemilikan rumah ini. Awalnya ia mendapatkan informasi mengenai pembangunan salah satu rumah bersubsidi di Kabupaten Sleman kemudian mencari pengembang yang memasarkan produk rumah tersebut.

Dari sinilah ia diberikan informasi bahwa harga rumah sebelum disubsidi adalah Rp 150.000.000. Dari harga tersebut ia membayar uang muka 10% atau Rp 15.000.000 dan kemudian mendapatkan subsidi dari pemerintah daerah sebesar Rp 38.000.000 kemudian sisa biayanya sebesar Rp 97.000.000 dapat dilakukan kredit melalui skema KPR BTN. Kredit sebesar ini bisa diangsur selama 20 tahun dengan skema yang telah ditentukan oleh Bank BTN.

“Saya memilih KPR BTN karena paling murah dan mudah,” kata Haryo.

Ia menjelaskan bahwa syarat KPR BTN untuk rumah bersubsidi dibagi menjadi kategori yaitu untuk Usaha atau Wiraswasta dan Pekerja. Haryo sendiri memilih kategori Usaha karena saat itu sedang merintis usaha bersama istrinya. Setelah itu, pihak BTN yang melakukan verifikasi terhadap syarat-syarat pemohon KPR BTN yang relatif dipermudah dan sesuai dengan aturan yang berlaku.

“Di BTN semua syaratnya mudah penuhi dan prosesnya juga cepat,” tuturnya.

Rumah adalah Tabungan Masa Depan

Bagi sebuah keluarga di Indonesia kebutuhan rumah adalah hal yang utama. Rumah sebagai papan dalam kebutuhan ekonomi yang bersifat primer dan tidak dapat dikesampingkan.

Bagi Haryo Wicaksono pun berpikir demikian. Meskipun saat ini dia belum menempati rumahnya tersebut secara permanen namun di masa yang akan datang rumah itu akan menjadi masa depan bagi keluarga dan anak-anak mereka nantinya.

Ia juga berharap proyek perumahan ini segera selesai termasuk dengan pembangunan fasilitas umum seperti masjid, lapangan, klinik dan lain sebagainya.

“Ya, harapannya semoga perumahan ini segera selesai dan diisi oleh warga baru biar ramai kehidupan sosialnya juga,” ujar Haryo.

Selain bertemu dengan Haryo, saya juga bertemu debitur KPR BTN lainnya, Daryadi Achmadi (58) Kali ini di Perumahan Margorejo Asri, sebuah perumahan dengan konsep KPR BTN yang dibangun pada medio 90-an.

Kebetulan saya juga tinggal disini bersama keluarga saya. Dahulu perumahan ini dikenal dengan perumahan sederhana. Menurut Daryadi, saat tahun 1994 ia membeli rumah dengan skema KPR BTN dengan cicilan Rp 150.000 per bulan dengan jangka 20 tahun.

Baca Juga: Paguyuban Bregada Rakyat Sembada Diharapkan Jadi Pelestari Kebudayaan

Namun, tidak sampai 20 tahun tepatnya pada tahun ke-10 ia bisa melunasi cicilan rumah tersebut karena tidak ada kenaikan signifikan dari bunga KPR tersebut.

“Pada dasarnya KPR BTN memang sangat membantu memiliki rumah dengan budaya menabung untuk memiliki rumah sebagai aset masa depan,” katanya.

Saat ini, Daryadi sudah memasuki masa pensiun dan tinggal menikmati jerih payahnya selama ini. Itulah sekelumit cerita dari masyarakat Indonesia yang memanfaatkan program KPR BTN dari generasi milenial saat ini maupun generasi tiga dekade yang lalu.

Pada dasarnya rumah bagi keluarga adalah impian dan Bank BTN adalah penyambung impian tersebut dari sebagian banyak masyarakat Indonesia yang telah berkeluarga.***

Editor: Chandra Adi N


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah