Serba-serbi Penyakit Cacar Monyet atau Monkeypox

3 November 2023, 12:33 WIB
Kasus cacar monyet di Jakarta menyebar ke daerah lainnya di Indonesia /Freepik /Stefamerpik/

PORTAL JOGJA - Penyakit cacar monyet atau monkeypox (mpox) sedang menjadi perhatian dunia kesehatan Indonesia. Sejumlah temuan kasus di beberapa daerah di Indonesia seperti DKI Jakarta,Tangerang, dan Bandung sudah mencapai 24 kasus per 1 November 2023. Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa d kasus cacar monyet ditemukan pertama kali pada Agustus 2022 di Jakarta.

Lalu apakah sebenarnya penyakit cacar monyet atau monkeypox (mpox) itu? Portal Jogja akan menginfokan tentang serba-serbi cacar monyet yang disarikan dari laman indonesia.go.id.

Menurut penjelasan dari Organisasi Kesehatan Internasional atau WHO, waabah cacar monyet ini sudah merebak pada tahun 2022. Tercatat pada Juli 2022, ada lebih dari 18.000 kasus penyakit ini sudah ditemukan di 78 negara. Tingkat penyebaran atau infeksi tertinggi terjadi di Eropa, yakni melampaui 70 persen, sedangkan di Amerika sebesar 25 persen.

Mpox ini disebabkan virus monkeypox yang termasuk dalam kelompok Orthopoxvirus. Awalnya, virus ini menular dari hewan ke manusia melalui cakaran atau gigitan hewan seperti tupai, monyet atau tikus yang sudah terinfeksi virus tersebut. Namun penularan juga dimungkinkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh manusia atau hewan yang sudah terinfeksi.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca DIY Hari Ini Jumat 3 November 2023

Penyakit menular ini ditemukan pada manusia pada tahun 1970 di Kongo dan Sudan. Sebelumnya tahun 1958 di Republik Demokratik Kongo merupakan tempat pertamakalinya penyakit ini ditemukan pada monyet untuk penelitian. Setelah 1970-an mpox muncul di beberapa negara Afrika seperti Nigeria, Liberia, Sierra Leone, Kamerun, dan Republik Afrika Tengah. Pada 2003 terjadi wabah di Amerika Serikat. Saat itu para ahli menduga hal itu disebabkan tikus Afrika yang diimpor sebagai hewan peliharaan.

Gejala penyakit

Gejala yang timbul pada monkeypox ini cukup beragam dan ada kemiripan dengan penyakit cacar manusia dan flu, biasanya meliputi:

  • Demam: seseorang yang terinfeksi cacar monyet mungkin mengalami peningkatan suhu tubuh.
  • Batuk dan Pilek: Gejala pernapasan seperti batuk dan pilek bisa muncul.
  • Ruam: muncul bintik atau bercak-bercak merah di kulit. Ruam ini kemudian berkembang menjadi lepuh atau luka.
  • Sakit Kepala: Beberapa orang yang terinfeksi cacar monyet mungkin mengalami sakit kepala atau nyeri otot.
  • Lelah: Rasa lelah atau kelemahan umum bisa terjadi.

Apabila menampakkan gejala-gejala tersebut, segeralah melakukan pemeriksaan laboratorium guna memutus mata rantai penularan. Setiap kasus positif langsung diisolasi di rumah sakit, walaupun kasusnya ringan. Penting pula mengetahui apakah ada riwayat kontak dengan primata atau area terjangkit cacar monyet.

Baca Juga: Event Hari Ini di Yogyakarta, Ada Virzha dan Ndarboy Genk Menyapa Publik Yogyakarta

Pengobatan:

Sampai saat ini para ahli kesehatan belum menemukan obat yang khusus menangani cacar monyet. Penyakit ini biasanya sembuh dengan sendirinya dalam 2--4 minggu. Ini juga tergantung pada kondisi badaan si sakit.

CDC Amerika Serikat menginfokan bahwa para ahli tentunya terus berusaha mencari jalan keluar antara lain dengan mengembangkan vaksin yang disebut Jynneos. Vaksin ini tercatat pernah mengatasi penyakit sejenis cacar lainnya pada 1980.

Dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah melaksanakan proses vaksinasi. Vaksinasi awal diperuntukkan untuk 500 orang kelompok berisiko di Jakarta yang dilaksanakan pekan terakhir Oktober 2023.Kemenkes telah menyiapkan seribu dosis dengan dua dosis vaksin per orang secara bertahap. Vaksin diberikan 1 orang 2 dosis, selang 4 minggu.

Beberapa hal yang dapat dilakukan bila sudah terserang gejala, yaitu banyak minum air putih untuk menjaga hidrasi tubuh. Segera minum obat antibiotik yang diresepkan dokter untuk mencegah infeksi sekunder di kulit, juga obat penghilang rasa sakit atau penurun demam untuk mengurangi nyeri dan demam.

Baca Juga: Pengelolaan Sumbu Filosofi Harus Imbang Tanpa Tinggalkan Kawasan Pendukung

Langkah berikutnya yang tidak kalah penting adalah dilarang menggaruk atau memecahkan ruam kulit. Ini dapat meningkatkan risiko infeksi dan bekas luka. Sedangkan bagi orang yang merawat pasien ini, jangan lupa untuk mengenakan sarung tangan dan masker.***

Editor: Siti Baruni

Sumber: indonesia.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler