Taliban akan Buka Sekolah Menengah untuk Perempuan Minggu Depan

- 18 Maret 2022, 16:39 WIB
Ilustrasi sekolah di Afghanistan
Ilustrasi sekolah di Afghanistan /Pixabay/@12019/

PORTAL JOGJA - Taliban akan mengizinkan siswi perempuan di sekitar Afghanistan untuk kembali ke kelas ketika sekolah menengah dibuka minggu depan.

Hal tersebut disampaikan seorang pejabat pendidikan pada hari Kamis 17 Maret 2022, setelah berbulan-bulan ketidakpastian mengenai apakah Taliban akan mengizinkan akses penuh pendidikan untuk perempuan.

"Semua sekolah akan dibuka untuk semua anak laki-laki dan perempuan," kata Aziz Ahmad Rayan, juru bicara Kementerian Pendidikan, seperti dilansir dari Reuters.

Aziz Ahmad Rayan mengatakan ada beberapa syarat untuk anak perempuan, yakni murid perempuan akan diajar secara terpisah dari laki-laki dan hanya oleh guru perempuan.

Baca Juga: PBB Menyebut Lebih dari 700 Warga Sipil Tewas di Ukraina Sejak Invasi Rusia

Di beberapa daerah pedesaan di mana ada kekurangan guru perempuan, Rayan  mengatakan bahwa guru laki-laki yang lebih tua akan diizinkan untuk mengajar anak perempuan.

"Tidak ada sekolah yang tutup tahun ini. Kalau ada sekolah yang tutup, itu tanggung jawab Kemendikbud untuk membukanya," tambah Rayan.

Mengizinkan anak perempuan masuk sekolah dan perguruan tinggi telah menjadi salah satu tuntutan utama masyarakat internasional terhadap Taliban sejak menggulingkan pemerintah yang didukung Barat Agustus lalu.

Sebagian besar negara sejauh ini menolak untuk secara resmi mengakui Taliban, di tengah kekhawatiran atas perlakuan mereka terhadap perempuan dan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia terhadap mantan tentara dan pejabat dari pemerintahan yang digulingkan.

Taliban telah berjanji untuk menyelidiki dugaan pelanggaran, dan mengatakan mereka tidak membalas dendam pada mantan musuh mereka.

Terakhir kali Taliban memerintah Afghanistan, dari tahun 1996 hingga 2001, mereka melarang pendidikan perempuan dan sebagian besar pekerjaan. Sejak mendapatkan kembali kekuasaan, siswa laki-laki telah kembali ke pendidikan dalam jumlah yang jauh lebih besar daripada siswa perempuan.

Taliban mengatakan mereka menghormati hak-hak perempuan sesuai dengan hukum Islam dan adat setempat. Tetapi banyak wanita telah melaporkan pembatasan akses ke kehidupan publik, termasuk pekerjaan, memaksa beberapa untuk keluar dari pekerjaan.

Heather Barr, direktur asosiasi hak-hak perempuan di Human Rights Watch, mendesak masyarakat internasional agar tidak berpuas diri setelah pengumuman itu.

Baca Juga: Aleix Espargaro Janji Lempar Helmnya ke Tribun Jika Followernya Tembus 1 Juta, Netizen: Kau Terlalu Meremehkan

Barr menambahkan bahwa pembukaan kembali sekolah tidak berarti bahwa hak-hak perempuan dan anak perempuan yang lebih luas di masyarakat akan dilindungi.

Salah seorang siswi Afgahanistan Farzana yang berusia 17 tahun, mengatakan dia sudah mencuci dan menyetrika seragamnya saat dia bersiap untuk bergabung dengan teman-temannya di kelas. Sebelumnya selama enam bulan ia berada di rumah, dan mengatakan dia dan orang lain telah berjuang secara mental karena jauh dari pendidikan.

"Saya merasa sangat kuat. Kami dapat menunjukkan tidak hanya (Taliban) tetapi juga dunia (bahwa) kami tidak pernah berhenti, dan Afghanistan tidak akan kembali ke dekade sebelumnya," katanya.***

Editor: Chandra Adi N

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah