Sistem Kepercayaan Masyarakat Menghadapi Bencana Erupsi Gunung Merapi

- 6 Maret 2023, 05:20 WIB
Ilustrasi Gunung Merapi
Ilustrasi Gunung Merapi /Twitter.com/@BPPTKG

Sehingga sebesar dan sedahsyat apapun letusan Gunung Merapi, bagi penduduk yang tinggal di lerengnya, bukanlah merupakan suatu ancaman serius yang harus dikhawatirkan berlebihan, bahkan justru dianggap sebagai sebuah berkah.

Seperti dikutip dari buku “Bencana dan Anugerah: Sebuah Pendekatan Kajian Sosial Budaya Masyarakat Lereng Merapi” karya Septian Aji Permana yang diterbitkan pada 2017 berikut ini:

“Gunung Merapi dalam kosmologi masyarakat Jawa berperan sangat penting. Khususnya bagi masyarakat lereng Merapi percaya bahwa Gunung Merapi merupakan penderma (anugerah) dan juga pengambil (bencana). Dikatakan penderma karena letusan Gunung Merapi dapat memberikan manfaat berupa material batu dan pasir serta abu vulkanik yang dihasilkan dari letusan Gunung Merapi dapat memberikan kesuburan tanah. Kewajiban alam telah memberikan kehidupan bagi manusia, sehingga ketika Gunung Merapi menuntut haknya untuk mengambil semua apa yang sudah dikeluarkan oleh Gunung Merapi, bagi masyarakat lereng Merapi itu hal yang wajar. Masyarakat selalu nrima lan lila dalam menyikapi bencana erupsi Gunung Merapi. Karena menurut pandangannya bahwa melalui sikap nrima maka kabegjan atau keberuntungan akan datang dengan sendirinya.”

Penduduk lereng Gunung Merapi percaya bahwa apa yang rusak akan mendapat ganti berlipat. Maka disinilah keilmuan berperan penting dalam menyeimbangkan kearifan lokal yang tumbuh di tengah masyarakat untuk diperlukan dalam menghadapi bencana letusan awan panas.

Baca Juga: Anak Rambut Gimbal di Dataran Tinggi Dieng Dipercaya Sebagai Titipan Penguasa Alam Gaib 

Manusia tidak bisa mengalahkan alam dengan teknologi apapun. Maka diperlukan penghormatan terhadap alam tapi bukan berarti harus takut kepada alam. Melainkan sebuah bentuk penghargaan terhadap keseimbangan alam.

Setiap Gunung Merapi meletus, waktu itu jugalah mereka harus menyesuaikan diri. Menyingkir atau mengungsi dahulu, sebagai maksud memberikan jalan atau ruang pada gunung yang hendak “menjalankan tugas alamnya” meskipun penduduk harus kehilangan harta bendanya.

Setelah semuanya selesai, barulah masyarakat lereng dapat kembali lagi, namun dengan suasana yang baru, serta kehidupan baru.

Mereka memanfaatkan apa yang telah dibuat sang gunung. Seperti, misalnya mengambil pasir, batu-batuan, dan bahkan juga memanfaatkan kondisi baru lingkungan lereng Gunung Merapi dengan menciptakan hal-hal atau aktivitas yang dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat.

Hal tersebut semata-mata dianggap sebuah berkah tersendiri oleh masyarakat lereng Gunung Merapi. Karena selalu saja ada asa atau pengharapan baru untuk menjalani hidup selanjutnya selepas erupsi.***

Halaman:

Editor: Chandra Adi N

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x