Densus 26 Inginkan Gus Yaqut Jadi Penggerak Semangat Pemikiran Moderat Toleran di Indonesia

- 23 Desember 2020, 15:45 WIB
Koordinator Nasional (Koornas) Pendidikan Khusus Dai Ahlussunnah wal Jamaah atau DENSUS 26 Umaruddin Masdar (kiri) mendampingi Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut saat melakukan kunjungan ke Bantul dalam sebuah acara GP Ansor beberapa waktu lalu.
Koordinator Nasional (Koornas) Pendidikan Khusus Dai Ahlussunnah wal Jamaah atau DENSUS 26 Umaruddin Masdar (kiri) mendampingi Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut saat melakukan kunjungan ke Bantul dalam sebuah acara GP Ansor beberapa waktu lalu. /Densus26/portaljogja/

PORTAL JOGJA - Banyak yang menyambut baik atas pemilihan Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut sebagai Menteri Agama menggantikan Fachrul Razi.

Sesuai rekam jejaknya, Ketua GP Ansor itu diharapkan bisa menjaga kebhinekaan di Indonesia dan memberantas radikalisme, termasuk di institusi Kementerian Agama (Kemenag) yang akan dipimpimpinya.

Koordinator Nasional (Koornas) Pendidikan Khusus Dai Ahlussunnah wal Jamaah atau DENSUS 26 Umaruddin Masdar menyatakan pilihan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menunjuk Menag dari kader NU adalah pilihan tepat.

Baca Juga: Wishnutama Tinggalkan Kemenparekraf Sembari Tersenyum, Teruslah Berbuat Mulia !

Pasalnya, NU adalah kelompok Islam terbesar di Indonesia bahkan di dunia. Menyerahkan Menag kepada kader NU dalam hal ini Gus Yaqut memiliki arti Jokowi ingin agar sikap-sikap dan pemikiran moderat toleran tetap menjadi mainstream di Indonesia yang merupakan negara Pancasila bermulti agama dan budaya.

“Anti moderat dan toleransi adalah musuh negara dan musuh kemanusiaan. Jika Kemenag bisa menjaga semangat ini, tentu akan menjadi faktor penting yang akan bisa mewujudkan persatuan dan harmoni bangsa, sehingga percepatan pembangunan bisa dilaksanakan sesuai rencana tanpa gangguan yang berarti,” papar Umar, sapaan akrabnya kepada PortalJogja, Rabu, 23 Desember 2020.

Alasan kedua, lanjut Umar, pada akhir-akhir ini terutama sejak Pilkada DKI Jakarta, sentimen agama yang dipolitisasi telah merusak demokratisasi bangsa.

Baca Juga: Yaqut Cholil Qoumas : Agama Harus Dijadikan Inspirasi, Bukan Aspirasi

Lebih dari itu sikap-sikap dan pemikiran keagamaan mengalami pemiskinan, pendangkalan dan involusi luar biasa.

Halaman:

Editor: Andreas Desca Budi Gunawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x